BOLASPORT.COM - Voters atau pemilik hak suara PSSI mempertanyakan langkah Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olah Raga (Sesmenpora) Gatot S Dewa Broto yang berkirim surat ke AFC dan FIFA.
Langkah dari Gatot itu membuat delegasi AFC/FIFA berkunjung ke Jakarta dalam waktu dekat untuk membantu PSSI menangani dan menyelesaikan masalah.
Ketua Asosiasi Provonsi PSSI DI Yogyakarta, Bambang Kuncoro pun buka suara terkait langkah Gatot itu.
"Kami khawatir saja, nanti dikira pemerintah mengintervensi PSSI,” kata Bambang Kuncoro, dikutip BolaSport.com dari Kompas.com.
Presiden Persijap Jepara, Esti Puji Lestari pun mempertanyakan motif Gatot berkirim surat ke AFC/FIFA.
Meskipun demikian, baik Bambang Kuncoro atau Esti menghargai langkah Sesmenpora yang aktif membantu.
Akan tetapi keduanya juga khawatir, pasalnya manuver Sesmenpora telah melangkahi PSSI dan anggitanya dalam berkorespodensi dengan AFC/FIFA, di sampi khawatir ada tuduhan intervensi.
Menurut BAmbang Kuncoro menilai keputusan Komite Eksekutif PSSI pada 19 MAret 2019 lalu telah jelas, yakni PSSI harus menggelar KOngres Luar Biasa (KLB) dengan segera untuk memilih pengurus baru.
"Kalau tujuan delegasi AFC/FIFA ke Jakarta untuk membantu PSSI menyelesaikan masalahnya, bukankah solusi dari PSSI sendiri sudah jelas, yakni KLB? Atau Kemenpora punya hidden agenda (agenda terselubung)?" tuturnya.
Esti pun mengaku heran dengan langkah Gtatot yang terkesan hendak membelokkan persoalan PSSI ke arah lebih rumit.
Baca Juga:
- Djanur Soroti Permainan Buruk 2 Pilar Persebaya saat Lawan Arema FC
- Persija Jakarta Belum Persiapkan Program Latihan untuk Bulan Puasa
Ia menilai solusi untuk PSSI sejatinya telah jelas, yakni KLB pasca-pengunduran diri Edy Rahmayadi dati jabatan Ketum PSSI, serta penggatinya yakni Joko Driyono selaku Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum PSSI dinyatakan sebagai tersangka penghilangan barang bukti pengaturan skor.
"FIFA tak perlu terlalu jauh melangkah, cukup memberi rekomendasi bagi PSSI untuk menggelar KLB. Bukankah konon PSSI sudah berkirim surat ke FIFA untuk minta rekomendasi KLB?” jelas Esti.
Menurut Esti, pihak Kemenpora seharusnya mengajukan lembaga independen seperti Komite Perubahan Sepak Bola Nasional (KPSN) untuk berdiskusi dengan AFC/FIFA.
Dengan begitu, pemerintah bebas dari kecurigaan intervensi. Apalagi KPSN selama ini telah bekerja sama dengan Satuan Tugas (Satgas) Antimafia Bola Polri dalam memberantas match fixing (skandal pengaturan skor pertandingan) demi menciptakan PSSI yang bersih sehingga sepak bola Indonesia bisa berprestasi.
“Kalau Sesmenpora yang berkirim surat langsung kepada FIFA, itu bisa ditafsirkan intervensi, hal mana melanggar Statuta PSSI dan Statuta FIFA sendiri,” paparnya. Dengan mengajukan KPSN sebagai mitra diskusi AFC/FIFA, lanjut Esti, maka pemerintah tak akan dituduh intervensi.
“Tapi itu belum terlambat. Masih ada waktu bagi Kemenpora untuk mengajukan KPSN, atau mengarahkan delegasi AFC/FIFA bertemu KPSN guna membahas KLB PSSI yang sudah diputuskan Komite Eksekutif. KLB adalah solusi terbaik bagi kondisi PSSI saat ini. Pemerintah tak perlu mengundang campur tangan pihak asing terlalu jauh. Yang kita butuhkan dari FIFA cuma rekomendasi untuk menggelar KLB PSSI,” jelasnya.
Menurut Esti, pihak Kemenpora seharusnya mengajukan lembaga independen seperti Komite Perubahan Sepak Bola Nasional (KPSN) untuk berdiskusi dengan AFC/FIFA. Dengan begitu, pemerintah bebas dari kecurigaan intervensi.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dipertanyakan Langkah Sesmenpora Berkomunikasi dengan FIFA dan AFC", https://bola.kompas.com/read/2019/04/10/16080088/dipertanyakan-langkah-sesmenpora-berkomunikasi-dengan-fifa-dan-afc.
Editor | : | Metta Rahma Melati |
Sumber | : | Kompas.com |
Komentar