BOLASPORT.COM - Timnas bulu tangkis China tampak mencolok pada 2000-an karena mendominasi turnamen-turnamen besar, termasuk kejuaraan beregu.
Pada 2001, China meraih gelar keempat Piala Sudirman yang didapat secara beruntun sejak 1995 setelah mengalahkan Indonesia 3-1 pada babak final yang berlangsung di Seville, Spanyol.
Namun, hal sebaliknya terjadi pada Piala Sudirman 2017. Saat itu, Korea Selatan, Indonesia, dan Denmark mendapat hasil lebih baik dari Negeri Tirai Bambu.
Sebelumnya, tidak ada tim negara lain yang bisa menyamai kekuatan China secara keseluruhan pada akhir 1990-an dan 2000-an.
Pemain seperti Gong Zhichao (tunggal putri), Gao Ling/Huang Sui (ganda putri), dan Zhang Jun/ Gao Ling pada nomor campuran memberi China kedalaman yang tidak dimiliki oleh tim lain.
Terlepas dari kekuatan yang mereka miliki, China tergelincir pada edisi berikutnya, tepatnya pada 2003.
Saat itu, China kalah dari Korea 1-3. Padahal, Korea mengandalkan kekuatan pada ganda putra dan ganda campuran, Kim Dong-moon/Ra Kyung-min dan Lee Dong-soo/Yoo Yong-sung.
Poin tanbahan bagi Korea Selatan disumbangkan oleh Lee Hyun-il (tunggal putra) pada final Piala Sudirman 2003 yang digelar di Eindhoven, Belanda.
Baca Juga : Jadwal Piala Sudirman 2019 - Indonesia Jumpai Inggris Lebih Dulu
Setelah kekalahan tersebut, China bangkit dan merebut trofi Piala Sudirman selama enam edisi berikutnya.
China mengalahkan Indonesia (2005 dan 2007), Korea Selatan (2009), Denmark (2011), dan Jepang (2013).
Pasangan ganda campuran Korea Selatan, Lee Yong-dae/Lee Hyo-jung juga tidak dapat membendung China pada final Piala Sudirman 2009.
China tidak pernah habis menghasilkan pemain bintang selama bertahun-tahun, misalnya Lin Dan, Zhang Ning, Cai Yun, Fu Haifeng, dan lainnya untuk mempertahankan dominasi China pada dekade pertama 2000.
Pada nomor tunggal putri, China tidak pernah kehabisan pemain cemerlang yakni Gong Zhichao dan Gong Ruina ke Xie Xingfang dan Zhang Ning.
Saat itu, tunggal putri dan ganda putri China berada di garda terdepan dalam peta perbulu tangkisan dunia.
Baca Juga : 2 Ganda Independen Malaysia Bisa Ikut SEA Games 2019 Usai Tak Masuk Tim Piala Sudirman
Fakta tersebut tercermin dalam Piala Uber. Saat itu, China merebut semua gelar dari 1998 hingga 2008.
Kedalaman ini memberi China keunggulan yang tak terkalahkan dalam turrnamen beregu.
Bersamaan dengan itu, rival besar China tampaknya menderita kekeringan dalam membuka bakat baru pada lima sektor.
Sebagai contoh, setelah Taufik Hidayat, Nova Widianto, Liliyana Natsir, Indonesia belum punya generasi mumpuni.
Korea juga belum memiliki penerus setelah Lee Yong-dae, Lee Hyo-jung dan Jung Jae-sung.
Adapun Denmark belum memunculkan pemain lagi setelah Peter Gade dan Tine Baun.
Pada akhir dekade pertama tahun 2000, China telah memenangi tujuh gelar dari delapan final Piala Sudirman terakhir.
Tahun ini, Piala Sudirman digelar di Nanning, China pada 19-26 Mei dan menjadi pembuktian apakah dominasi negara tersebut bisa kembali.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | BWF Badminton |
Komentar