BOLASPORT.COM - Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI Susy Susanti, mengakui bahwa tunggal putri menjadi sektor yang paling tertinggal daripada nomor lainnya di pelatnas, Cipayung, Jakarta Timur.
PP PBSI baru mendatangkan Rionny Mainaky pada April 2019 sebagai pelatih kepala tunggal putri nasional Indonesia.
Tujuannya, untuk mengejar ketertinggalan meskipun prosesnya tidak bisa didapat dengan cara instan.
"Saat ini, tunggal putri yang harus ekstra kerja keras makanya kenapa saya bawel ngomong terus, bukan menganakemaskan tunggal putri, tetapi saya mau memacu semangat mereka. Saya bilang 'saya nggak terima, lho, kata Susy ditemui BolaSport.com di hall pelatnas, Cipayung, Jakarta, Senin (24/6/2019).
"Kita tuh bisa, bukannya nggak bisa, walaupun cuma satu orang, tetapi bisa'. Bagaimana caranya menemukan yang satu orang ini," ucap Susy.
Susy mengatakan bahwa dia berharap Gregoria Mariska Tunjung mampu menjadi tunggal putri andalan Indonesia.
Namun, penampilan Gregoria dianggap Susy belum konsisten.
"Kadang bagus, kadang dia kalah dengan dirinya sendiri, dan kurang jaga badan. Dia harus disiplin dengan diri sendiri. Kalau tidak bisa jaga kondisi dampaknya apa?" ujar Susy.
"Latihannya kepotong, sudah naik, turun lagi. Bagaimana mau ke atas, kalau sudah mulai naik, sakit. Nanti sudah naik lagi, sakit lagi, kan susah," ucap Susy.
Baca Juga: Melati Daeva Oktavianti Incar Semifinal Indonesia Open 2019
Susy juga mengungkapkan beberapa pemain yang sudah memiliki persiapan bagus dalam latihan, tetapi tidak bisa mengeluarkan kemampuannya saat bertanding.
"Sudah, tidak usah memikirkan apa-apa, nekat dulu di lapangan. Sampai saya bercandain, apa perlu dikasih daging macan ya biar galak? Ha-ha-ha. Jangan kelemer-kelemer, memang kita ini putri Timur, tetapi kalau di lapangan kan bukan putri Timur lagi."
"Di depan kalian itu musuh, lho, harusnya berpikir, dia atau saya yang mati? Harusnya berpikir seperti perang, kalau kita tidak melawan, ya kita yang akan mati. Itu yang kami terapkan, saya sendiri juga gemas," tutur Susy.
Hal-hal yang terlihat sepele, dikatakan Susy adalah hal yang terkadang menentukan karakter pemain.
Kebiasaan-kebiasaan pemain yang terlalu pasrah bisa menjadi hambatan di lapangan dan membuat pemain dinilai kurang memiliki daya juang yang lebih.
"Di lapangan itu harus kejar bola ke mana pun. Hal ini sepertinya sepele, tetapi merupalan kebiasaan. Mungkin sudah terbiasa 'ya sudah lah'. Tidak bisa seperti itu sehingga mindset dan sikapnya harus diubah," ujar Susy.
Menurut peraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992 tersebut, progress tunggal putri masih berada di kisaran 20-30 persen.
Baca Juga: Indonesia Rebut Tiga Gelar dari Malaysia International Series 2019
"Belum setengahnya. Salah satu faktor penyebabnya, materi pemain putri yang bisa dilihat sendiri. Tunggal putri sekarang kalau lagi bagus, lalu sakit, bagus lagi, sakit lagi," ujar Susy.
Susy Susanti juga terus berusaha mencari jika tidak ada tunggal putri saat ini yang bisa naik ke level atas, dia akan memajukan pemain pelapis.
"Tetapi, tidak bisa instan, butuh proses. Kami berusaha kerja keras, sampai berpikir terus, bagaimana caranya. Cari pemain yang petarung, bukan yang 'ya sudah lah'. Menang kalah tidak ada urusan, itu belakangan. Bagaimana dia berani dulu, melawan," kata Susy.
Susy mengakui bahwa menemukan pemain yang memiliki potensi dan kemaua tidak mudah.
"Ada pemain yang memiliki potensi, tetapi tidak memiliki kemauan dan sebaliknya."
Susy mengatakan bahwa dia sudah banyak memberikan masukan, nasihat, dan bimbingan ke atlet.
"Namun kembali lagi, si atlet lah yang akan menentukan nasibnya sendiri dan menjadi ujung tombak dalam menentukan prestasinya," ucap Susy.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar