BOLASPORT.COM - Sektor ganda putri Indonesia sedang mencari pasangan kedua untuk mendampingi Greysia Polii/Apriyani Rahayu dalam mengejar poin kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020.
Saat ini, ganda putri Indonesia masih mengalami bongkar pasangan. Greysia Polii/Apriyani Rahayu adalah satu-satunya pasangan elite yang sudah tetap.
Sementara itu, Jepang memiliki tiga pasang ganda putra yang menempati peringkat tiga besar yakni Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara, Yuki Fukushima/Sayaka Hirota, dan Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi.
"Sebetulnya ganda putri kita memang kalah power, ada beberapa hal sehingga butuh pematangan non teknis dan latihan ekstra," kata Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabid Binpres) PP PBSI Susy Susanti ditemui BolaSport.com di hall pelatnas, Cipayung, Jakarta, Senin (24/6/2019).
"Berapa lama sih bermain pada nomor ganda putri? Greys matang, berani, nekat dan pintar di lapangan, tetapi power-nya dia masih kalah dari lawan. Makanya saya bilang tingkatkan lagi powernya," ucap Susy Susanti.
Baca Juga: Gloria dan Melati Didorong untuk Dekati Kemampuan Liliyana Natsir
Menurut Susy, aspek nekat di lapangan sudah tercapai pada level junior. Namun, ketika naik ke level senior harus lebih didorong lagi sebagai bekal menghadapi lawan di pertandingan.
"Karakter sudah ada di ganda putri, tetapi jangan diturunkan lagi levelnya karena pemain pelapis, junior ke senior jaraknya harus dipersempit. Dengan kematangan pemain senior, cara menempatkan bolanya sudah beda," ujar Susy.
"Pemain junior sudah kuat, tetapi penempatannya masih setengah matang. Di level senior permainan sudah lain, taktik dan strateginya berbeda. Jangan merasa sudah senior, terbalik cara pikirnya. Saya harus tingkatkan terus ke atas nih level permainannya sehingga siap capek."
Baca Juga: Nova Widianto Soroti Penampilan Praveen/Melati yang Sering Tidak Bagus pada Babak Final
Susy menjelaskan bahwa secara umum setiap sektor memiliki masalah yang berbeda-beda.
"Pelatih menangani atlet dengan karakter yang beda-beda. Kalau ada yang tanya, kenapa sih tidak bisa juara, ya memang dibedah lagi. Bagaimana latihannya, karakter, dan pendekatannya," ucap peraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992 tersebut.
"Ada yang kurang lincah, ada yang power-nya kurang. Ada yang power-nya besar, tetapi tidak lincaj sehingga kekuatannya berkurang. Ada yang mainnya polos banget, harus ditambah strateginya, placing-nya kurang sehingga banyak yang harus dikupas."
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar