BOLASPORT.COM - Coba perhatikan posisi papan atas pada klasemen sementara Liga 1 2019. Sadar ada sesuatu yang tak biasa?
Di sana terpampang Tira Persikabo pada peringkat pertama, Bali United kedua, Madura United ketiga, dan Bhayangkara FC di tempat kelima.
Empat klub di atas kerap mendapat cibiran sebagai 'Klub Siluman', label yang disematkan atas kiprah instan mereka di kasta tertinggi sepak bola Indonesia.
Maksudnya, di antara mereka ada yang membeli lisensi sebuah klub atau melakukan merger dengan klub lain.
Madura United berasal dari Persipasi Bandung Raya, sementara Bali United dari Putra Samarinda.
Tira Persikabo melakukan dua hal di atas, yakni mengakuisisi Persiram Raja Ampat dan terkini melakukan merger dengan Persikabo Bogor.
Baca Juga: Yokohama F. Marinos adalah Tira Persikabo Versi Jepang
Sama seperti Tira Persikabo, Bhayangkara FC juga mengakuisisi Persikubar Kutai Barat, lalu merger dengan PS Polri.
Di mana posisi klub-klub tradisional era Kompetisi Perserikatan seperti Persebaya, PSM Makassar, Persib Bandung, atau Persija Jakarta yang biasanya mendominasi papan atas?
Persebaya menempati peringkat ketujuh, PSM kesembilan, Persib Bandung ke-11, dan paling parah Persija di posisi ke-17 atau hanya satu setrip dari tempat buncit.
Belum lama ini, Bali United jadi klub Indonesia dan Asia Tenggara pertama yang melepas sahamnya ke publik.
Bali United mendobrak tradisi klub-klub tradisional Indonesia yang seolah berjalan di tempat, sementara Serdadu Tridatu terus berinovasi.
Kiprah mengejutkan mereka seolah menjadi bukti bahwa sudah saatnya klub meninggalkan cara-cara kolot pengelolaan sepak bola.
Menengok sedikit ke negara tetangga, praktik pergantian nama, perpindahan homebase, dan merger bukan hal yang tabu.
Klub-klub yang dikelola institusi negara seperti Tira Persikabo dan Bhayangkara juga eksis di negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Misalnya Warriors FC yang sempat bernama Singapore Armed Forces di Liga Singapura, Royal Thai Navy dan Police Tero di Thailand.
Lalu bagaimana tanggapan dari salah satu anggota 'empat klub siluman' di atas terhadap stigma negatif masyarakat di Indonesia tentang klub mereka?
BolaSport.com berkesempatan berbincang dengan pelatih Bali United, Stefano Cugurra alias Teco tentang hal ini.
Liga 1 dikuasai tim-tim baru yang kerap dilabeli sebagai 'tim siluman', yaitu Tira Persikabo, Bali United, Bhayangkara, Madura United. Bagaimana pandangan coach?
Saya tak tahu kenapa ada yang kritik. Saya tahu Bali United tim baru, tapi Bali sudah pernah punya banyak tim yang eksis.
Misalnya 2003 saat saya masih di Persebaya, ada Gianyar (Persegi Gianyar), ada berapa tim sebelumnya di Bali.
Ketika Bali United datang, suporter lebih aktif bersatu dan lebih kuat tim di sana.
Bhayangkara tim polisi, tak banyak suporter di sana, tapi kualitas pemainnya banyak pemain bagus.
Yang muda dan senior sering kirim pemain ke timnas. Saya dengar juga ketika mereka main dapat bonus besar.
Tim punya kualitas juga. Mereka sudah juara liga (Liga 1 2017). Selama tiga tahun sering di atas, konsisten.
Tim baru mungkin punya manajemen baru, punya semangat, punya ide baru juga. Saya pikir buat liga bagus.
Tapi benar, tim tradisional seperti Persib, Persija, PSM, Persebaya punya banyak suporter. Ini tim-tim tradisional.
Kita suka waktu main lawan tim tradisional pasti pertandingan lebih bagus. Fanatik waktu kita main dengan tim-tim ini.
Seperti stadion hari ini penuh (Persib Vs Bali). Bagus buat semangat tim kita waktu main dengan mereka.
Jadi coach tak memandang masalah dengan label-label yang dialamatkan ke tim-tim ini?
Saya pikir saya tak boleh bicara tim lain, seperti Tira, saya tak pernah kerja di sana.
Menurut saya, Bali United tim bagus, tim baru. Manajemen pikir soal marketing, itu penting buat sepak bola.
Di dalam stadion ada kafe, saya pikir banyak stadion besar sekali bisa bikin seperti ini. Kamu lihat di Eropa sana, seperti mal. Mereka datang hari biasa buat makan dan lihat-lihat.
Stadion bukan buat sepak bola saja. Bagus buat sepak bola, tapi bisa dapat uang pemasukan di sini, di situ. Saya pikir di Bali ada tempat anak-anak kecil. Sebelum saya main, anak main di sana.
Uang (dari suporter) keluar ini, terus datang buat tim. Ada toko jual baju, saya pikir semua tim juga bisa seperti ini. Kenapa? Sepak bola butuh uang buat bayar pemain, pelatih, lapangan. Itu butuh uang.
Lalu uang bisa datang dari situ bukan cuma saat pertandingan. Dari pertandingan bagus kamu dapat, tapi kamu bisa dapat dari yang lain.
Bagus Bali berpikir seperti ini, ada radio, ada televisi juga. Ada banyak acara sedikit modern.
Seperti orang Eropa, saya orang Brasil, tapi saya lihat Eropa banyak seperti ini. Saya pikir Bali bagus buat marketing tim.
Di Thailand ini adalah hal biasa, misal Bec Tero Sasana, klub kuat di sana yang sekarang merger menjadi Police Tero.
Dulu Police Tero disetir, tapi sekarang sama. Klub bagus di sana, tapi degradasi, sekarang di Liga 2.
Waktu Bec Tero degradasi, dia merger. Sama seperti Bhayangkara ini, Bec Tero tim dari TV supaya kuat.
Pemainnya bagus sekali, tapi banyak yang dijual ke Muangthong, klub yang berkuasa di Thailand.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar