BOLASPORT.COM - BolaSport.com berkesempatan mewawancarai legenda bulu tangkis sektor putri Indonesia, Deyana Lomban.
Orangnya masih seperti dulu, enak diajak bicara, apalagi soal cabor tepok bulu.
Padahal, dia nekat "meninggalkan" arena yang membesarkan namanya itu pada saat usia keemasannya, 26 tahun.
Namun, kerinduan terhadap bulu tangkis Indonesia acapkali muncul juga.
Tinggal di New Jersey, AS, sejak 2003, Deyana "Keke" Lomban (43) tetap merasakan bagian sepenggal sejarah hidupnya di bulu tangkis tetap di Indonesia.
Baca Juga: Tiga Ganda Putri Indonesia Akan Saling Perebutkan Tiket Olimpiade 2020
Nah, mantan anggota skuad ganda putri Indonesia era 1996-2000-an yang dikenal dengan "jump smash-nya" ini berbagi pendapatnya lewat petikan wawancara singkat dengan BolaSport.com di salah satu lokasi kuliner di Manado.
Bagaimana pandangan Keke terhadap bulu tangkis Indonesia saat ini ?
Kalau untuk putra, sepertinya iklim kompetisi sudah sangat bagus. Ketat dan penuh persaingan. Tapi, saya prihatin di sektor putri.
Bisa dijelaskan alasannya?
Kita tak bisa tutup mata dengan kemajuan putri di beberapa negara lain.
Selain Spanyol yang ada Carolina Marin, misalnya, kemudian India, Jepang, dan juga Bulgaria ternyata telah ada.
Ini menandakan peta perbulutangkisan di sektor putri tak lagi di dominasi China dan Indonesia.
Padahal pebulutangkis putri negara lain juga banyak yang menimba ilmu di Indonesia.
Bisa lebih detail, Keke?
Bagi kita ini sebuah PR juga sih. Kalau putra di Indonesia, ketat dan saling berpacu. Itu bisa terlihat di event Internasional.
Ada Jonathan Christie dan Anthony Ginting, dan sederetan ganda putra yang begitu luar biasa.
Tunggal maupun ganda bagus. Tapi di putri, memang sepertinya belum melahirkan ekspektasi.
Kalaupun ada yg menonjol putri, ya Liliyana Natsir, tapi itu pun di ganda campuran ya.
Bukan karena saya asal Manado lantas menilai Liliyana sesama Manado juga, namun itulah kenyataan.
Cabang putri negara lain menurut Keke, apa ada perubahan signifikan yang terlihat?
Ada perkembangan pesat. Dulu era kami, Jepang itu kita kenal hanya semangat dan daya juang tinggi.
Tapi sekarang, sudah ditambah dengan peningkatan dari segi teknis. Negara lain juga begitu.
Pembinaan dari dalam ini yang menurut saya harus ada sesuatu terobosan baru atau akselerasi agar putri kembali berjaya seperti era tunggal Susy Susanti dan ganda putri dulu.
Apakah peta kekuatan tidak lagi didominasi negara tertentu?
Iya betul. Sisi positifnya tentu ini akan lebih membuat gairah dalam persaingan tingkat dunia.
Seharusnya di Indonesia itu dijadikan suatu acuan bahwa negara lain terus melahirkan atlet putri yang masuk level atas dunia.
Kalau di sektor putra begiu ketat persaingan untuk khusus Indonesia.
Keke sempat nonton Indonesia Open?
Saya tidak sempat melihat semua partai. Khusus ganda putri saya sempat nonton, terutama partai yang ada Greysia Polii, ya Manado juga saya harus support.
Memang saya berharap agar putri kita disegani kembali.
Kalau pasangan baru Tontowi Yahya, Winny Kandouw?
Butuh waktu. Maklum kalau Owi dan Liliana sudah menyatu dan siapa yang mengatur ritme dan siapa yang menggebuk.
Owi sudah pengalaman juga jadi Winni tentunya akan lebih baik di tahun-tahun ke depan. Owi tentu harus ngemong Winny lagi.
Apa kesibukan Keke di Amerika sekarang?
Saya tetap melatih sebelumnya di Maryland, meski kini tinggal di New Jersey.
Di sana tidak ada Pelatnas cuma klub saja. Memang di AS cabor ini barangkali di bawah cabor lainnya, tapi setidaknya kita bisa berbagi sesuatu.
Kita bawa ilmu dari Indonesia ke sana untuk pengembangan, tapi AS berbeda dengan negara-negara yang saya sebut tadi. Selain itu untuk tetap mengingat bulu tangkis.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar