“Jadi, bukan karena ada kandidat yang kans atau visi misinya cukup kuat, melainkan karena kursi PSSI-1 ini memang kurang seksi,” kata Indro.
Sepinya peminat kursi PSSI-1 dinilai Indro tidak sehat bagi masa depan persepakbolaan nasional dan PSSI itu sendiri.
“Sebab, kompetisinya tidak ketat, bahkan bisa terjadi calon tunggal melawan kotak kosong. Bila ini terjadi, kita tidak akan mendapatkan kandidat terbaik untuk memimpin PSSI empat tahun ke depan," tuturnya.
Baca Juga: Hadapi Timnas Indonesia, Pelatih Malaysia Tanggapi Soal Saddil Ramdani dan 3 Eks Liga Super Malaysia
"Yang ada hanya calon yang pas-pasan saja. Meski pas-pasan, tapi karena tidak banyak pilihan, atau bahkan tanpa lawan, maka otomatis akan terpilih,” kata Indro lagi.
Ketiga, Indro mengklaim sepinya peminat kursi Ketum PSSI sengaja dikondisikan oleh pihak-pihak tertentu.
Ditanya apakah pihak-pihak tertentu itu pengurus PSSI atau kandidat yang sudah muncul, Indro tidak mengiyakan tetapi juga tidak menampik.
“Itu PR (pekerjaan rumah) kita. Biarlah waktu yang menjawab,” ujarnya.
Awalnya, pemilihan Ketua Umum PSSI rencananya digelar pada 25 Januari 2020, tetapi dimajukan menjadi 2 November 2019.
Pemilihan Ketua Umum PSSI semula dilakukan pada 25 Januari 2020 sesuai saran dari FIFA.
Akan tetapi, karena desakan dari voters, PSSI harus berkoordinasi kembali dengan FIFA terkait rencana memajukan jadwalnya menjadi awal November 2019.
Pemajuan jadwal pemilihan ketua umum itu disampaikan para voters pada Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta Utara, Sabtu (27/7/2019).
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar