BOLASPORT.COM - Eks kiper timnas Indonesia mengenang memori saat bermain di Sampdoria.
Laga Madura United melawan Semen Padang, pelatih kiper tim beralias Laskar Sapeh Kerrab Minggu (20/10/2019), Kurnia Sandi teringat pada masa saat ia masih menjadi pemain.
Saat Kurnia Sandy bermain untuk Diklat Salatiga harus kalah dengan Diklat Padang di partai puncak.
Akan tetapi laga itu membuat dirinya dilirik memperkuat timnas Indonesia Primavera yang menimba ilmu di Italia.
Kemampuan Kurnia Sandy yang semakin matang saat menjalani latihan bersama Timnas Indonesia Primavera di Italia menjadi kesempatannya magang di Sampdoria.
Baca Juga: Link Live Streaming Timnas Indonesia Vs Vietnam di Piala AFF Futsal 2019
Setelah masa latihan di Italia selesai, skuat timnas Primavera kembali ke Indonesia.
Karena kemampuannya menjadi kiper, Kurnia Sandy masuk timnas Indonesia saat ia baru berusia 19 tahun untuk menjamu Sampdoria pada laga bertajuk friendly match.
Saat itu Kurnia Sandy tampil gemilang dan timnas Indonesia menang 2-1 atas Sampdoria.
Berkat peformanya yang apik membuat Kurnia Sandy dikontrak klub juara Seria A 1990-1991 itu selama satu musim.
Saat tiba di kota Genoa yang merupakan basis Sampdoria, Kurnia Sandy bingung cara menghubungi orang tuanya, Umar Hasan dan Otty Suryati.
Setelah bertanya kepada rekan satu timnya, Kurnia Sandy pun mengirim surat untuk menghubungi orang tuanya.
Baca Juga: Bali United Vs Badak Lampung FC, Leo Tupamahu Enggan Bicara Hasil Lawan Borneo FC
Hal itu membuat Kurnia Sandy berdebar, Sebab surat yang dikirim harus menunggu waktu satu bulan untuk mendapatkan balasan.
Kadang-kadang sebelum mendapat surat balasan, dia mengirim yang kedua atau ketiga kalinya.
"Serunya itu, saat menunggu surat balasan, habis latihan saya nungguin mobil pos dan ingin tahu sudah ada balasan atau tidak, itu serunya. Saya pernah ngirim surat awal puasa untuk memberi tahu rindu makan ketupat dan sahur bersama keluarga, saya dapat balasan sudah selesai bulan Ramadhan,” ujar Kurnia Sandy, dikutip dari laman Madura United.
Setelah melalui surat, Kurnia Sandy mendapatkan saran untuk menggunakan telepon umum.
Akan tetapi dia harus menghubungi kedutaan Indonesia untuk disambungkan ke nomor telepon rumah keluarganya.
Pola itu dilakukan hingga ia pulang.
Setelah pulang, saudaranya menceritakan tagihan telepon rumahnya yang tinggi.
Karena telepon dengan Saluran Luar Negeri (SLN), pembayaran via penerima atau roaming. Ia pun kembali menggunakan komunikasi via surat di tahun keduanya bersama Sampdoria.
"Ternyata mahal ya pakai teiepon umum itu dan saya enak-enak saja ngobrol, yang di rumah yang harus bayar, jadi tahun kedua saya pakai surat lagi dan itu lebih berseni," ujarnya.
Editor | : | Metta Rahma Melati |
Sumber | : | maduraunitedfc.com |
Komentar