BOLASPORT.COM - Kontestan Liga 2 2019, Persis Solo, melayangkan protes kepada Induk sepak bola Indonesia (PSSI) dan PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) soal kericuhan pada laga melawan PSIM Yogyakarta.
Protes keras disampaikan Persis Solo setelah adanya kericuhan dalam laga melawan PSIM Yogyakarta di Stadion Mandala Krida, Senin (21/10/2019).
Pada pertandingan itu, Persis Solo menang 3-2 atas rival bebuyutannya, PSIM Yogyakarta.
Meski demikian, baik PSIM Yogyakarta maupun Persis Solo tidak lolos ke babak 8 besar Liga 2 2019.
Dalam pertandingan panas tersebut, sempat terjadi kericuhan di mana salah satu pemain PSIM Yogyakarta, Achmad Hisyam Tolle, melakukan tindakan kekerasan kepada pemain Persis Solo, Shulton.
Baca Juga: Pelatih PSIM Buka Suara Terkait Tindakan Tak Terpuji Hisyam Tolle
Alhasil, setelah aksi tersebut, terjadi kericuhan suporter yang mengakibatkan beberapa mobil milik pihak keamanan dibakar masa.
Dilansir BolaSport.com dari laman Kompas, Kamis (24/10/2019) CEO Persis Solo yang juga calon Ketua Umum PSSI, Vijaya Fitriyasa, mengungkapkan bahwa pihaknya sudah mengirim surat kepada PSSI dan PT LIB.
Dalam suratnya, Persis Solo menyayangkan kerusuhan yang dipicu perkelahian antarpemain.
Akibat perkelahian tersebut, suporter bertindak vandalisme sehingga membuat situasi menjadi mencekam.
Vijaya Fitriyasa juga menjelaskan dirinya meminta federasi dan operator memberikan hukuman yang setimpal atas pelanggaran yang terjadi.
Baca Juga: Permintaan Maaf Hisyam Tolle kepada Persis Solo dan Wartawan
Selain itu, Vijaya mengutuk keras tindakan perundungan wartawan yang dilakukan oknum pemain PSIM Yogyakarta.
"Kami minta kepada Komite Disiplin (Komdis) PSSI untuk memberikan hukuman yang setimpal atas pelanggaran-pelanggaran yang terjadi," kata Vijaya dilansir BolaSport.com dari Kompas.
Tidak hanya itu, Vijaya juga menyampaikan tiga gugatan kepada PSSI dan PT LIB.
Adapun gugatannya mencakup semua peristiwa yang terjadi saat pertandingan digelar.
"Yang pertama kami minta jaminan keamanan kepada pemain dan ofisial ketika menggelar laga tandang," tutur Vijaya.
"Yang kedua kami minta pemain yang melakukan pemukulan agar dievaluasi Komite Disiplin (Komdis) dan diberikan hukuman yang setimpal."
"Ketiga, kami minta agar wartawan bisa mendapatkan hak dan perlindungan untuk mendapatkan data dan informasi pertandingan. Jadi tidak boleh ada pengambilan data wartawan," kata Vijaya menjelaskan.
Editor | : | Taufan Bara Mukti |
Sumber | : | Kompas.com |
Komentar