BOLASPORT.com - Ada sebuah artikel menarik dari Harvard Business Review. Artikel itu membahas sebuah pertanyaan: bila dihadapkan pada dua kondisi, nyaris kalah (unggul tipis dari rival terdekat) atau nyaris menang (hanya kalah tipis dari rival terdekat), mana yang akan Anda pilih?
Secara naluri, kebanyakan pasti akan memilih opsi nyaris kalah alias menang atau meraih kejayaan dengan keunggulan tipis. Mental juara, katanya.
Bukan hal yang salah, tetapi ada riset yang menunjukkan kondisi nyaris menang justru lebih baik dalam jangka panjang.
Loh?
Riset itu bertajuk, Research: When Losing Out on a Big Opportunity Helps Your Career, oleh Dashun Wang dan Benjamin F. Jones.
Riset tersebut mengeksaminasi lebih dari seribu ilmuwan pemula di Amerika Serikat, yang nyaris mendapatkan dan yang beruntung mendapatkan sokongan dana penting untuk melakukan riset.
Dari penelitian itu, diketahui mereka yang gagal mendapatkan sokongan dana, rata-rata, dalam jangka panjang malah memproduksi kerja dengan impak lebih besar, ketimbang rekan seprofesi mereka yang dulu mendapatkan dukungan finansial.
Baca Juga: Gelandang Liverpool Ini Buruan Utama PSG pada Bursa Transfer Januari
Kesimpulan dari riset itu adalah pola pikir positif serta rasa optimistis.
Apapun yang terjadi dalam pekerjaan atau kehidupan, seberapa bagus kualitas Anda, pasti dalam satu titik akan mengalami kesulitan.
Bila memiliki pola pikir positif, kala keadaan buruk melanda, akan selalu ada alasan untuk optimistis.
Tentu Anda harus memberikan waktu, energi, dan usaha guna memperbaiki diri. Dan ketika kesempatan bersinar itu datang kembali, Anda sudah lebih siap.
Saat ini, mungkin kondisi tersebut yang sedang terjadi kepada Liverpool, terutama Juergen Klopp.
Raja Nyaris
Pelatih Liverpool, Juergen Klopp, adalah rajanya nyaris. Kebetulan, ia memiliki pandangan hidup rasional nan positif serta penuh optimisme.
Mari lihat dari kariernya sebagai pelatih. Ia menangani Mainz 05 pada 2001-2008.
Di awal penunjukkannya, Mainz dalam keadaan terpuruk di Bundesliga 2. Namun, dalam beberapa pekan saja ia sudah membuat Mainz membaik, dan membuat klub tak terdegradasi dari Bundesliga 2.
Mainz dua kali nyaris promosi. Sekali karena kurang tiga poin (2001-02), dan sekali karena selisih gol (2002-2003).
Baru di percobaan ketiga ia berhasil, yakni di musim 2003-04.
Baca Juga: Liverpool Terancam Kehilangan 5 Pemain setelah Jeda Internasional
Di Borussia Dortmund pun serupa. Datang pada 2008, Dortmund sedang dalam periode buruk di Bundesliga. Ia mengubah banyak hal dalam tim.
Dortmund akhirnya juara Bundesliga berurutan pada 2010-11 dan 2011-2012, plus meraih DFB Pokal pada 2012.
Nah, keadaan “nyaris” itu ia rasakan lagi pada enam partai final berurutan.
Ia gagal di final Liga Champion 2013 saat kalah dari Bayern Muenchen. Kemudian di 2014 dan 2015 kalah di final DFB Pokal, masing-masing dari Muenchen dan Wolfsburg.
Apa salah satu hal yang ia katakan di konferensi pers perdananya sebagai pelatih Liverpool pada Oktober 2015? Anda semua pasti tahu, “kita harus berubah dari peragu, menjadi orang yang penuh keyakinan.”
Ucapan syarat makna, yang pada akhirnya mengubah mentalitas Liverpool, mulai dari staf, pelatih, pemain, hingga para Kopites.
Kendati demikian, perjalanan bareng klub Merseyside itu tak selalu mulus. Pria Jerman itu masih dalam periode rentetan enam kegagalan di final.
Klopp dan pasukan merahnya hanya menjadi finalis Piala Liga 2016 usai takluk dari Manchester City. The Reds kemudian harus puas hanya menjadi finalis Liga Europa di tahun yang sama, setelah dikalahkan Sevilla.
Pada 2018, Liverpool secara sensasional ke final Liga Champion, sebelum akhirnya harus mengakui keunggulan Real Madrid.
Berselang semusim, Klopp lagi-lagi merasakan kondisi nyaris, yakni hampir saja juara Liga Inggris. Pool hanya kalah satu poin dari City yang menjadi juara.
“Saya adalah manusia normal. Bila saya duduk di sebuah ruangan dan berpikir saya adalah alasan tim yang saya latih gagal di final, atau melihat diri saya sebagai kegagalan, atau semacamnya, maka akan jadi masalah. Hanya, saya tidak melihatnya seperti itu,” tutur Klopp menjelang final Liga Champion 2019.
Baca Juga: Liverpool Dipercaya Punya Peluang Lebih dari 70 Persen Juarai Liga Inggris
Wajar, setelah kalah di enam partai final, muncul keraguan dari publik. Hanya, rentetan nyaris juara itu akhirnya putus setelah mengalahkan Tottenham Hotspur.
“Bila kita hadir di bumi ini hanya ketika segalanya berjalan sempurna, maka kita pasti tak akan bisa bertahan di dunia. Kita harus menerima kenyataan terkadang ada seseorang yang lebih baik, atau ada yang punya keberuntungan lebih,” ujar Klopp.
“Saya sudah lama bisa menerima keadaan itu. Itulah kehidupan. Saya hanya akan mencoba buat hadir ke partai final lain dan kami akan mencoba memenangkannya,” ucapnya seperti dikutip The Guardian, menjelang final tersebut.
Jadwal Padat
Kini, setelah rentetan nyaris juara itu terputus, apakah kini saatnya bagi Klopp dan Liverpool menjuarai Liga Inggris?
Sinyal itu terlihat. Hingga pekan ke-12 Premier League 2018-19, The Reds masih belum terkalahkan dengan tabungan delapan poin dari tim peringkat dua dan tiga.
Yang menarik adalah enam tim yang sudah mereka lawan merupakan anggota tujuh besar klasemen saat ini.
Cuma Manchester United yang bisa mencuri poin.
Bila terus konsisten, puasa gelar Liga Inggris selama 30 tahun bisa berhenti di musim ini.
Konsistensi dan tentu saja keteguhan hati demi meraih poin menjadi sangat vital.
Sebentar lagi Liverpool memasuki periode sibuk di Desember-Januari.
Ada lima kompetisi yang harus dijalani Si Merah: Premier League, Piala Liga, Piala FA, Liga Champion, dan Piala Dunia Klub.
Kualitas lawan di atas kertas pada periode ini, terutama di Premier League, bukanlah kelas wahid. Si Merah bakal melawan tim papan tengah dan bawah, yang justru lebih membutuhkan tenaga ekstra demi meraih poin.
Jangan lupa faktor kepadatan jadwal, terlebih di festive period, yang pasti akan membuat tabungan delapan poin saat ini berpotensi besar akan tergerus.
Namun, Sadio Mane dkk. sepertinya sudah paham dengan kemauan dan pola pikir Klopp. Anda harus terus mencoba yang terbaik, meski kondisi sedang tidak memungkinkan.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Komentar