BOLASPORT.COM - Kesuksesan Anthony Sinisuka Ginting menembus final BWF World Tour 2019 menandai pertama kalinya pemain tunggal putra Indonesia mencapai catatan tersebut sejak tahun 2013.
Diberitakan BolaSport.com sebelumnya, Anthony Sinisuka Ginting melaju ke babak final usai mengalahkan Chen Long (China) pada laga semifinal di Tianhe Gymnasium, Guangzhou, China, Sabtu (14/12/2019).
Anthony menang dua gim langsung dengan skor 21-15, 21-15 atas peraih medali emas Olimpiade Rio 2016 itu.
Pemain berusia 23 tahun tersebut pun menjadi pebulu tangkis tunggal putra Indonesia pertama yang lolos ke final BWF World Tour sejak 2013.
Sebelum Anthony, ada Tommy Sugiarto yang mengukir prestasi itu.
Tommy Sugiarto melaju ke babak final turnamen yang dulu bernama BWF Superseries Final.
Ia berhasil memuncaki Grup B mengungguli Kenichi Tago (Jepang), Hu Yun (Hong Kong), dan rekan senegara, Sony Dwi Kuncoro.
Baca Juga: BWF World Tour Finals 2019 - Begini Cara Anthony Tumbangkan Chen Long
Tommy kembali bertemu Tago pada semifinal dan menang melalui rubber game.
Dia kemudian menghadapi Lee Chong Wei (Malaysia) pada babak final.
Namun, Tommy kalah straight game dengan skor 10-21, 12-21.
Anthony adalah tunggal putra kedua Indonesia setelah Tommy yang menapaki babak final.
Karena itu, dia berpeluang membuat sejarah dengan menjadi tunggal putra Indonesia pertama yang meraih juara.
6 - Anthony Sinisuka Ginting has become the FIRST INDONESIAN MS to reach the final match of SS/WT Finals in the last SIX YEARS (2013 - Tommy Sugiarto). Repeat.#BWFWorldTourFinals2019
— Badminton Talk (@BadmintonTalk) December 14, 2019
Anthony Sinisuka Ginting masih menunggu lawan pada partai puncak.
Finalis China Open 2019 itu akan menghadapi pemenang partai antara Kento Momota (Jepang) dan Wang Tzu Wei (Taiwan).
Di atas kertas, lawan "terbaik" untuk Anthony adalah Wang.
Sebab, dengan Momota, Anthony baru bisa menang empat kali dari 10 pertemuan.
Sebaliknya, rekor dia melawan Wang lebih baik dengan empat keenangan dari enam kali bentrok.
Editor | : | Diya Farida Purnawangsuni |
Komentar