BOLASPORT.COM - Menjelang bergulirnya Pekan Olahraga Nasional (PON), pemerintah didesak membuat regulasi untuk mencegah kepindahan atlet ke daerah lain.
Bukan sebuah rahasia ketika suatu daerah mencari bibit-bibit atlet unggul demi meraih prestasi dalam ajang pekan olahraga nasional atau daerah.
Akan tetapi, ambisi tersebut justru membawa dampak negatif.
Pasalnya, ada kasus ketika suatu daerah membajak atlet dari daerah lain dengan diiming-imingi bonus yang melimpah.
Baca Juga: Yuta Watanabe Ungkap Rahasia Pertahanan di Lapangan yang Bisa Sulitkan Lawan, Termasuk Marcus/Kevin
Ketua Olimpian Indonesia sekaligus mantan atlet tenis nasional, Yayuk Basuki, menjadi salah satu pihak yang menyoroti fenomena ini.
Yayuk menilai bahwa praktek transfer atlet dari satu daerah ke daerah lain bisa merusak mental sang olahragawan.
"Event-event seperti Porda dan PON merusak mental atlet," kata Yayuk dikutip BolaSport.com dari Antaranews.
"Atlet Porda bisa dikontrak Rp 300 juta, atlet PON Rp 1,5 miliar hingga Rp 2 Miliar. Ini regulasinya harus diatur," katanya menambahkan.
Baca Juga: Nasib Sial Disebut Jadi Biang Kegagalan Vinales pada MotoGP 2019
Yayuk berpendapat bahwa kegiatan transfer atlet bisa merusak esensi dari ajang olahraga di tingkat daerah maupun nasional.
Menurut Yayuk atlet bisa saja tidak lagi melihat PON tidak lagi menjadi kesempatan untuk berprestasi melainkan ajang untuk mencari pundi-pundi.
KONI sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap kejuaraan nasional diharapkan dapat mengawal revisi Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional (SKN).
"KONI harus mengawal revisi Undang-Undang. Perpindahan atau transfer atlet ini harus diatur. Jadi atlet tidak akan pindah main ke daerah lain," ujar Yayuk.
Baca Juga: Vinales Disebut Lebih Unggul Dibandingkan dengan Pembalap Yamaha Lainnya
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | antaranews.com |
Komentar