BOLASPORT.COM - Pebulu tangkis ganda putri Indonesia, Greysia Polii, sedang menyiapkan diri menghadapi Olimpiade Tokyo 2020 bersama Apriyani Rahayu.
Bagi Greysia Polii, ini merupakan Olimpiade ketiga dalam karier bulu tangkisnya setelah Olimpiade London 2012 dan Olimpiade Rio 2016.
Dalam tiga Olimpiade tersebut, Greysia Polii merasakan perubahan signifikan dalam peta persaingan ganda putri dunia.
"Kalau dilihat dari persaingan, itu jauh signifikan karena dulu kita tahu semuanya bahwa China terlalu kuat dan sangat mendominasi," kata Greysia kepada BolaSport.com di pelatnas PBSI, Cipayung, Jakarta Timur.
"Bukan hanya satu pasang, tetapi mereka (China) punya lima pasang pemain dan kuat semua. Bahkan, Jepang, Korea kalau dulu misalnya pada 2008-2012 bahkan sulit banget untuk menembus wakil China," tutur Greysia.
"Mau main saja menang setengah gim saja tetap kalah hasilnya. Bisa main rubber game sudah senang karena saking dominannya China pada saat itu dan sangat lama. Jadi, itu pemikiran yang merasakan bukan dari Indonesia saja, tetapi negara lain seperti Korea dan Jepang."
Greysia selanjutnya berpikir bagaimana mendobrak China karena menurutnya semua pemain sama-sama mengonsumsi nasi.
Baca Juga: Greysia Jaga Motivasi Usai Raih 2 Gelar bersama Apriyani pada Awal 2020
"Kenapa sih kami kalah terus? saat masuk lapangan sudah gemetar, sudah takut. Itu yang menurut saya berbeda dibandingkan sekarang. Sekarang persaingan jauh lebih merata," ucap pemain berusia 32 tahun itu.
"Kami punya kesempatan yang sama. Kalau dulu, bukan kami tidak punya kesempatan. Tetapi, karena mental yang membuat kami tidak punya kesempatan. Udah takut duluan karena sudah kalah duluan lawan China," ujar Greysia.
"Sekarang, mental itu udah sama-sama. Mau China, Jepang, Korea, bahkan Bulgaria, Denmark, siapa yang siap di lapangan, dia yang menang," tutur Greysia.
Menurut Greysia, seiring waktu terdapat perubahan dalam persaingan ganda putri dunia, terkait dengan poin, cara bermain, hingga teknik.
"Kalau ganda putri, dari perubahan secara teknik itu tidak jauh berbeda. Hanya sekarang lebih cepat karena tuntutan gim 21. Kekuatan mental juga berbeda secara signifikan," ucap Greysia.
Baca Juga: All England Open 2020 Masih Akan Digelar Sesuai Jadwal
"Jadi, otomatis mendrive kami untuk mau cepat menang. Bagaimana caranya, mau cepat menang, serang. Sekarang mau menyerang dan diserang poin 21 sama-sama kuat. Perempuan mau bagaimana sih serangannya. Itu yang membuat kenapa main ganda putri lama."
Greysia mengakui bahwa dulu saat menjumpai wakil China bukan karena mudah terintimidasi. Tetapi, karena pertahanan China yang sulit ditembus.
"Saat latihan, saya berpikir bagaimana caranya latihan. Mau sampai kapan levelnya seperti ini, di bawah terus (pada saat itu)," aku Greysia.
"Dengan perubahan zaman, pada akhirnya terutama dengan perubahan mind set, mental ternyata kami bisa mengalahkan mereka."
"Nah, mulai dari situ dipupuk, mulai kebangun mind set. Misalnya, saat mau bermain terlihat kalau mereka tidak pemanasan. Mungkin saja dia meremehkan saya. Jadi saya harus lebih pede dengan pemanasan dulu. Mau kalah atau menang, saya tidak peduli," ucap Greysia.
Baca Juga: Hendra Setiawan Tak Pusingkan Isu Penundaan Olimpiade 2020
Hal tersebut disebut Greysia membuat pola pikir atlet menjadi lebih terbuka, percaya diri, dan lebih kuat.
Dalam tiga Olimpiade, Greysia sudah berpartner dengan empat pemain yakni Jo Novita, Meiliana Jauhari, Nitya Krishinda Maheswari, dan Apriyani Rahayu.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar