BOLASPORT.COM - Manchester United dikabarkan telah menyiapkan nomor punggung keramat andai penyerang Borussia Dortmund, Jadon Sancho, memilih bergabung.
Manchester United telah menargetkan Jadon Sancho sebagai buruan utama selama bursa transfer musim panas 2019.
Pada akhir musim 2018-2019, Manchester United bahkan sempat nyaris menyegel tanda tangan Jadon Sancho.
Namun, kegagalan mereka lolos ke Liga Champions membuat perekrutan Sancho gagal terwujud.
Baca Juga: Barcelona dan Real Madrid Berpeluang Saling Sikut untuk Bek Kiri Bayern Muenchen
Meski demikian, tim Setan Merah tidak menyerah begitu saja untuk memboyong eks winger Manchester City tersebut yang mempunyai banderol mencapai 100 juta euro (sekitar Rp 1,78 triliun).
Langkah baru pun kini sedang diambil oleh Man United guna melapangkan jalan mereka mendapatkan servis Sancho.
Dilansir BolaSport.com dari The Evening Standard, Man United diklaim siap memberikan nomor punggung 7 kepada Sancho agar bersedia pindah pada musim panas 2020.
Kostum 7 merupakan nomor keramat di Manchester United mengingat angka itu pernah dipakai sejumlah nama-nama tenar seperti David Beckham, Eric Cantona, Antonio Valencia, Cristiano Ronaldo, dan Angel Di Maria.
Baca Juga: Soal Rumor Kembali ke Liverpool, Raheem Sterling: Saya Cinta Liverpool
Saat ini nomor tersebut tengah lowong meski masih menjadi milik Alexis Sanchez yang tengah dipinjamkan ke Inter Milan.
Rencananya tim Setan Merah bakal melego penyerang asal Cile pada musim panas nanti dan jika gagal dijual, mereka tetap akan menarik nomor 7 untuk diberikan kepada Sancho.
Man United bukanlah satu-satunya peminat winger 20 tahun tersebut.
Chelsea dilaporkan menjadi pesaing utama Man United dalam perburuan Sancho dan posisi The Blues diuntungkan mengingat saat ini mereka berada di peringkat empat klasemen sementara Liga Inggris.
Sementara tim Setan Merah berada di urutan kelima. Syarat mutlak bagi klub yang menginginkan Sancho adalah bermain di Liga Champions musim 2020-2021.
Editor | : | Septian Tambunan |
Sumber | : | Transfermarkt, The Evening Standard |
Komentar