BOLASPORT.COM - Kemenangan perdana dengan Yamaha tidak hanya berarti penting bagi Valentino Rossi, tetapi juga seluruh koleganya yang berjibaku di MotoGP.
Minggu tanggal 18 April 2004, ribuan mata di tribune Sirkuit Phakisa, Welkom, Afrika Selatan, tertuju kepada pembalap jangkung yang duduk di samping motornya.
Pembalap itu memang terlihat sedih dengan posisi kepala yang tertunduk. Namun begitu, dia bukannya sedih melainkan tertawa karena bahagia.
Pembalap itu adalah Valentino Rossi. Dia mengalami momen terpenting dalam hidupnya karena sukses membuktikan talentanya sebagai seorang pembalap.
Baca Juga: Sudah Mulai Terjual, Ini Daftar Harga Jersey Timnas Indonesia
Semuanya dimulai pada 2003, publik dibuat bertanya-tanya ketika Rossi tidak kunjung memperpanjang kontraknya dengan tim jawara, Repsol Honda.
Padahal, Rossi sedang mengalami masa kejayaan dengan Honda. Tahun 2003 menandai dominasi Rossi dengan meraih 9 kemenangan dan selalu finis tiga besar di MotoGP.
Akan tetapi, kultur di dalam tubuh Honda yang sangat mengagungkan motor balapnya diketahui membuat Rossi jengah.
"Bagi Honda, pembalap seperti lampu. Kalau lampunya mati Anda tinggal menggantinya," kata mantan kepala kru Rossi, Jeremy Burgess.
Baca Juga: Atlet Pelaku Doping Bisa Ikut Olimpiade 2021, Asalkan...
Honda memang sangat dominan saat itu. Sejak 1994 hingga 2003, pabrikan asal Tokyo tersebut hanya sekali gagal menjadi juara di kelas premier GP500/MotoGP.
Rossi pada akhirnya membulatkan tekad untuk pindah. Setelah bernegosiasi dengan Ducati dan Yamaha, nama pabrikan terakhir menjadi destinasi pilihan Rossi.
Keputusan Rossi pindah ke Yamaha terbilang mengejutkan. Sebab, Yamaha dalam posisi terseok-seok setelah kalah bersaing dari Honda dan Ducati pada musim itu.
Keputusan hijrah ke Yamaha membuat Rossi tidak lagi dijagokan dalam perburuan gelar juara dunia MotoGP musim berikutnya.
Baca Juga: Beri Mike Tyson 6 Minggu dan Deontay Wilder Bisa Dibikin KO dalam 1 Menit
Selain karena status Yamaha sebagai pabrikan medioker, Rossi dilarang Honda untuk melakoni tes pramusim dengan Yamaha sebelum kontraknya habis pada akhir tahun.
Beruntung kerja keras insinyur Yamaha dan kru kepercayaan Rossi untuk mewujudkan motor yang kompetitif membuahkan hasil.
Setelah hanya memiliki waktu empat bulan untuk beradaptasi dengan motornya, Rossi menghadapi seri pembuka MotoGP Afrika pada pertengahan April.
Tidak banyak yang mengira Rossi akan langsung melesat. Meski begitu, pembalap asal Tavullia itu mendapatkan bekal bagus ketika meraih pole position.
Baca Juga: Akibat Banyak Omong, Deontay Wilder Disentil Anthony Joshua
Start dari posisi terdepan membantu Rossi untuk memimpin balapan 28 lap tersebut sejak awal.
Posisi Rossi bukannya aman. Tak sampai satu lap, Max Biaggi dari tim Camel Honda langsung mengancam Rossi tepat di belakangnya.
Keunggulan Honda dalam hal top speed dimanfaatkan Biaggi untuk mengambil alih posisi pertama dari di bagian trek lurus pada lap keempat.
Rossi dan Biaggi kemudian terlibat persaingan sengit. Mereka terlibat duel sendirian sementara pembalap lain tertinggal di belakang.
Baca Juga: Siap-siap, Marc Marquez Diyakini Bakal Susul Gelar Juara Dunia Milik Valentino Rossi
Biaggi berusaha membuka jarak dari Rossi ketika balapan menyisakan enam lap. Rossi membalas dengan melakukan block pass di Tikungan 10 pada lap ke-26.
Rossi berusaha memperlebar gap tetapi Biaggi menolak menyerah. Jarak dengan rival terbesarnya tak pernah cukup bagi Rossi untuk mengunci kemenangannya.
Ancaman Biaggi semakin terasa nyata bagi Rossi ketika rider berjulukan The Roman Emperor mencetak waktu lap tercepat sebelum lap terakhir.
Beruntung bagi Rossi, dia berhasil menjaga keunggulannya hingga garis finis.
Baca Juga: Vettel Khawatirkan Para Kru Tim Jika Jadwal Baru F1 2020 Terlalu Padat
Rossi finis 0,2 detik di depan Biaggi. Sementara dengan pembalap Yamaha terdekat yaitu Norick Abe di posisi ke-9, Rossi finis lebih cepat 36 detik!
Rossi mencetak sejarah menjadi pembalap pertama di MotoGP yang dapat menang secara back-to-back bersama dua pabrikan berbeda.
Pada musim sebelumnya, Rossi juga mempersembahkan kemenangan bagi Honda dalam balapan terakhir di Valencia.
Kemenangan di Welkom tak hanya berarti bagi Rossi. Pasalnya, Rossi disebut telah mengubah pandangan bahwa hasil balapan ditentukan oleh motor alih-alih pembalapnya.
Baca Juga: Murray Masih Kesal Dikalahkan Djokovic di Final French Open 2016
"Kemenangan fantastis Rossi mungkin telah menandai era baru di MotoGP ... bahwa seberapa hebat mesinnya, pembalap yang paling utama," tulis jurnalis Crash.net, Peter McLaren, saat itu.
Honda mengalami pukulan besar atas kepindahan Rossi.
Sementara Rossi menambah empat gelar juara bareng Yamaha, Honda harus menunggu lama untuk benar-benar mendapatkan material juara berikutnya.
Diselingi kejutan semusim Nicky Hayden dan investasi yang berakhir dini dengan Casey Stoner, Honda baru mendapatkan sosok pemenang nyata dalam diri Marc Marquez.
Baca Juga: MotoGP Butuh Valentino Rossi untuk Bisa Bangkit dari Krisis
Honda tampaknya telah belajar bahwa mengamankan jasa pembalap terbaik adalah langkah penting untuk berkuasa di MotoGP.
Setelah merekrut Si Bayi Alien pada 2013, Honda tidak ragu untuk memastikan rider penghasil gelar tersebut terus berada di garasi mereka.
Nyinyiran dari kubu rival juga tidak dipedulikan Honda ketika menyodorkan kontrak empat tahun kepada Marquez agar tetap membalap bagi mereka hingga 2024.
"Kami berhasil mendapatkan pembalap terbaik selama empat tahun dan para rival tidak akan bisa mendapatkannya," kata Manajer Tim Repsol Honda, Alberto Puig.
"Kami adalah tim pertama yang melakukannya. Kita lihat saja apakah ada tim lain yang berminat melakukannya dengan pembalap semenarik Marc."
Baca Juga: Setelah Francesco Bagnaia, Ducati Incar Jebolan Akademi Valentino Rossi Lainnya
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | berbagai sumber |
Komentar