BOLASPORT.COM - Beberapa waktu lalu World Wrestling Entertainment (WWE) telah melakukan PHK besar-besaran di mana banyak nama besar yang menjadi korban dari PHK tersebut.
Sebut saja Rusev, Finlay, Lio Rush, Drake Maverick, Mike Chioda, bahkan Kurt Angle pun menjadi korban yang harus berhenti bekerja dari WWE.
Gelombang PHK pegulat oleh organisasi gulat profesional, WWE, diperkirakan belum akan berhenti.
Dilansir dari Wrestling Observer baru-baru ini, perusahaan yang baru dibangkitkan kembali oleh Vince McMahon harus mengalami kebangkrutan.
XFL, yang merupakan liga american football milik Vince McMahon, diberitakan telah mengalami kebangkrutan.
Baca Juga: Simona Halep: Tanpa Penonton, Turnamen Tenis Tidak Akan Sama Lagi
Kebangkrutan tersebut berdampak besar ke perusahaan utama milik Vince McMahon, yaitu WWE.
Tidak tanggung-tanggung, CEO WWE tersebut dilaporkan rugi 272 juta dolar AS atau sekitar 4,2 triliun rupiah dari bangkrutnya XFL tersebut.
Kerugian tersebut didapatnya karena sebagian besar pendanaan untuk XFL diambil dari uang kas milik WWE.
Baca Juga: Amanda Nunes Tidak Tertarik Berlaga di UFC 250 Saat Masih Ada Pandemi
Hal itu pula yang mendasari bahwa tidak menutup kemungkinan gelombang kedua PHK di WWE akan terjadi dalam waktu dekat ini.
Ditambah lagi dengan tidak puasnya para investor kepada penghematan yang dilakukan oleh WWE menjadi salah satu alasan hal tersebut dapat segera terjadi.
Bukan tidak mungkin akan ada ratusan karyawan di WWE yang akan kehilangan pekerjaannya nanti jika ditotal dari PHK yang telah dilakukan oleh WWE sebelumnya.
Baca Juga: Petenis Australia Tolak Main Kalau Grand Slam Jalan Tanpa Penonton
Karena hal ini pula WWE akan menunda pemindahan kantor ke lokasi baru yang sudah mereka siapkan.
Rencananya, WWE menargetkan akan menghemat sebanyak 10 juta dolar AS per bulan ke depannya.
Penerapan penghematan ini ditargetkan akan berlangsung selama enam bulan.
Baca Juga: Dillian Whyte Pede Bisa Menang Lawan Semua Petarung Kelas Berat UFC
Editor | : | Dwi Widijatmiko |
Sumber | : | f4wonline.com |
Komentar