BOLASPORT.COM - Pelatih asal Portugal, Jose Mourinho, mengungkapkan satu kekalahan di Liga Champions yang membuatnya menangis saat menukangi Real Madrid.
Jose Mourinho didapuk untuk menggantikan juru taktik asal Chile, Manuel Pellegrini, yang hanya melatih Real Madrid dari bulan Juli 2009 hingga bulan Mei 2010.
Pria berusia 57 tahun tersebut resmi dikontrak dan diperkenalkan sebagai pelatih El Real pada tanggal 1 Juli 2010.
Menjadi nakhoda selama tiga musim, Mourinho mampu membawa Real Madrid meraih tiga gelar juara untuk Real Madrid.
Baca Juga: Best XI Liga Champions Musim Ini, Lionel Messi Hadir, Cristiano Ronaldo Malah Absen
Real Madrid berhasil membawa masing-masing satu Piala Copa del Rey (2011), satu trofi Liga Spanyol (2012), dan satu Piala Super Spanyol (2012).
Mourinho pun hampir menambah koleksi gelar juara saat bermain di Liga Champions 2011-2012.
Namun, pelatih berjulukan The Special One itu harus mengubur impiannya menggenggam kembali trofi Si Kuping Besar untuk Los Blancos.
Pada laga leg kedua semifinal kompetisi tersebut, Real Madrid harus mengakui keunggulan Bayern Muenchen melalui drama adu penalti.
Baca Juga: Jadi Pahlawan Man United Taklukkan Barcelona di Liga Champions, Paul Scholes Justru Kesal
FC Hollywood berhasil menang dengan skor 3-4 dikarenakan tiga eksekutor penalti Los Blancos gagal menjebloskan bola ke gawang Manuel Neuer.
Hasil tersebut bahkan mampu membuat Jose Mourinho menangis hingga sampai pulang ke rumahnya.
"Itulah sepak bola. Cristiano, Kaka, Sergio Ramos (tiga eksekutor yang gagal melakukan penalti) adalah monster sepak bola (saat itu)," ujar Mourinho dilansir BolaSport.com dari Mirror.
"Tidak ada keraguan akan hal tersebut, tetapi mereka juga tetaplah seorang manusia."
Baca Juga: Bukan Lawan Muenchen, Ferguson Ungkap Laga Terbaik Man United di Liga Champions
Mourinho: “Defeat against Bayern (2012)? Cristiano, Kaka and Ramos are football monsters but they’re also human. That night is the only time in my entire career as a coach that I’ve cried after a defeat. Karanka and I were outside my house crying inside my car.” [marca] pic.twitter.com/YTCARqXR3I
— SB (@Realmadridplace) 1 Mei 2020
"Malam itu adalah satu-satunya kejadian yang mampu membuat saya menangis setelah menjalani sebuah pertandingan sepak bola."
"Saya mampu mengingat dengan jelas,'Saya dan Aitor Karanka (asisten pelatihnya) menghentikan mobil di depan rumah saya dan mulai menangis."
"Itu kejadian yang sangat sulit kami terima karena pada musim 2011-2012, kami adalah tim terbaik di Eropa," kata pelatih yang mempersembahkan trofi Liga Champions untuk FC Porto (2004) dan Inter Milan (2010) menambahkan.
Baca Juga: VIDEO - Tipu Empat Pemain, David Beckham Cetak Gol Indah Lawan Real Madrid
Mengalami kekalahan di kompetisi tertinggi benua biru tersebut, Real Madrid memfokuskan untuk mengejar trofi Liga Spanyol di musim yang sama.
Mereka pun berhasil memenangkan trofi La Liga 2011-2012, unggul sembilan poin dari rival abadi mereka di Liga Spanyol, Barcelona.
El Real bahkan mampu mengumpulkan 100 poin dalam 38 pertandingan, dengan rincian meraih 32 kemenangan, empat hasil imbang dan hanya merasakan dua kekalahan.
Editor | : | Bagas Reza Murti |
Sumber | : | mirror.co.uk |
Komentar