BOLASPORT.COM - Hanya ada dua klub Eropa Timur yang pernah menjadi juara Piala/Liga Champions. Mereka adalah Steaua Bucuresti (Rumania) pada tahun 1986 dan Red Star Belgrade (Yugoslavia) lima tahun berselang.
Cara Steaua Bucuresti dan Red Star Belgrade menjadi juara nyaris sama.
Di final, Steaua Bucuresti mengalahkan Barcelona sedangkan Red Star menaklukkan Marseille via adu penalti setelah melewati laga 120 menit dengan skor 0-0.
Akan tetapi, seperti diakui pelakunya sendiri, duel klasik Red Star Belgrade kontra Marseille itu adalah final Piala/Liga Champions paling membosankan sepanjang sejarah.
Red Star, yang juga dikenal dengan nama Crvena Zvezda, sebetulnya mengusung bintang-bintang muda yang kelak menjadi pemain-pemain top di klub-klub besar Eropa.
Baca Juga: DUEL KLASIK - 28 Mei 2003, 5 Penalti Gagal, AC Milan Menangi Derbi Italia di Final Liga Champions
Sebut saja Vladimir Jugovic, Sinisa Mihajlovic, Robert Prosinecki, dan Dejan Savicevic.
Red Star juga punya Miodrag Belodedici, anggota tim Steaua Bucuresti yang menjadi juara pada 1986.
Dalam perjalanan ke final, Red Star mencetak 18 gol dalam 8 pertandingan.
Namun di final, seperti diungkapkan Mihajlovic, Red Star memilih bermain bertahan.
"Saya pikir itu final paling membosankan sepanjang sejarah Piala Champions," katanya.
"Sebelum pertandingan, pelatih Ljupko Petrovic bilang kepada kami: 'Kalau kita menyerang mereka, kita akan menciptakan lubang untuk diekspos serangan balik mereka'."
"Saya pun bertanya: 'Apa yang kita lakukan?.' Pelatih menjawab: "Kalau kita sedang menguasai bola, langsung kembalikan ke mereka."," ujar Mihajlovic lagi.
"Jadi kami menghabiskan 120 menit dengan praktis tidak menyentuh bola."
"Kalau bermain menyerang, kami mungkin akan kalah. Bukan karena Marseille lebih bagus, tetapi karena pemain mereka lebih terbiasa menjalani pertandingan seperti ini."
"Kami waktu itu memiliki skuad yang dipenuhi pemain berusia 21, 22, 23 tahun," ucap Mihajlovic.
Dalam adu penalti, seluruh pemain Red Star Belgrade sukses menjalankan tugas.
Kegagalan Manuel Amoros sebagai eksekutor pertama Marseille pun menjadi krusial.
Baca Juga: DUEL KLASIK - 27 Mei 2017, Arsene Wenger Jadi Pelatih Juara Piala FA Terbanyak dalam Sejarah
Marseille sebetulnya memasukkan Dragan Stojkovic di menit-menit akhir untuk ikut menjadi algojo dalam adu penalti.
Namun, Stojkovic menolak mengambil penalti melawan Red Star Belgrade, klub yang dibelanya pada selang 1986-1990.
Red Star Belgrade menang 5-3 dalam adu penalti dan setelah final itu, pemain-pemainnya laku direkrut klub-klub top Eropa.
Red Star Belgrade vs Marseille 0-0 (adu penalti 5-3)
Gol: -
Adu Penalti: 1-0 Robert Prosinecki (gol), 1-0 Manuel Amoros (gagal), 2-0 Dragisa Binic (gol), 2-1 Bernard Casoni (gol), 3-1 Miodrag Belodedici (gol), 3-2 Jean-Pierre Papin (gol), 4-2 (Sinisa Mihajlovic (gol), 4-3 Carlos Mozer (gol), 5-3 Darko Pancev (gol)
San Nicola, Bari, 29 Mei 1991
Red Star Belgrade: 1-Stevan Stojanovic; 4-Refik Sabanadzovic, 6-Ilija Najdoski, 5-Miodrag Belodedici, 3-Slobodan Marovic; 2-Vladimir Jugovic, 8-Sinisa Mihajlovic, 7-Robert Prosinecki, 10-Dejan Savicevic (15-Vlada Stosic 84'); 11-Dragisa Binic; 9-Darko Pancev.
Marseille: 1-Pascal Olmeta; 4-Basile Boli, 5-Carlos Mozer, 7-Bernard Casoni; 2-Manuel Amoros, 11-Laurent Fournier (13-Philippe Vercruysse 75'), 6-Bruno Germain, 3-Eric Di Meco (2-Dragan Stojkovic 112'); 8-Chris Waddle, 9-Jean-Pierre Papin, 10-Abedi Pele.
Editor | : | Dwi Widijatmiko |
Sumber | : | YouTube, Transfermarkt.com |
Komentar