BOLASPORT.COM - Conor McGregor harus menjalani perjuangan keras sebelum akhirnya menjadi petarung Ultimate Fighting Championship (UFC).
Conor McGregor pernah menjalani profesi sebagai tukang ledeng sebelum menjadi salah satu petarung UFC terkaya.
Saat pindah ke Dublin Barat, Conor McGregor harus memulai karier dengan berkeliling dari rumah ke rumah untuk membenarkan ledeng di WC atau dapur.
Baca Juga: Saat Conor McGregor Soroti Kematian George Floyd, Ketidakadilan dan Rasisme
Jiwa tangguh McGregor yang akhirnya menuntun dirinya untuk keluar dari pekerjaan tersebut.
Akhirnya dia bertemu Tom Egan yang kemudian menjadi jalan dirinya berkenalan dengan UFC.
McGregor menyandang status megabintang UFC dengan cepat. McGregor juga mampu meraih gelar juara di dua divisi berbeda.
Conor McGregor menjalani pertarungan pertama di kelas ringan pada ajang Mixed Martial Art (MMA) dengan mengalahkan Gary Morris (Irlandia) melalui technical knocked out (TKO) di ronde kedua, 9 Maret 2008.
Setelah itu, ia memutuskan naik kelas ke kelas bulu. Sepanjang 2011 dan 2012, McGregor meraih delapan kemenangan beruntun, termasuk memenangi gelar kelas bulu dan kelas ringan CWFC.
Torehan dua gelar itu membuatnya menjadi atlet bela diri campuran pertama asal Eropa yang menyandang gelar dari dua kelas berbeda.
Kini, pria 31 tahun tersebut bersyukur karena bisnis dari bertarung melawan Floyd Mayweather Jr (AS) dan wiski Proper12, sudah membawa kemakmuran dalam hidupnya.
Selain McGregor, ada empat petarung yang menjalani profesi lain sebelum terjun ke UFC. Berikut diantaranya seperti dilansir BolaSport.com dari Sportskeeda.
1. Anderson Silva - Pegawai restoran cepat saji
Mendengar nama The Spider, tentu sulit mencari orang yang tidak dibuat takut oleh petarung yang satu ini.
Sebelum akhirnya meredup seperti saat ini, era UFC merupakan era yang sangat indah bagi Silva.
Ternyata Silva pernah menjadi seorang pegawai restoran cepat saji.
Berasal dari keluarga yang kurang mampu, Silva muda harus berjuang bekerja untuk melunasi biaya latihan Brazilian jiu-jitsunya.
Silva akhirnya sukses menjadi salah satu petarung dengan teknik BBJ (Brazilian jiu-jitsu) terbaik dalam sejarah UFC.
Baca Juga: Siap Keluar dari UFC, Jon Jones Yakin Bisa Tajir Melintir Lewat Tinju
2. Junior dos Santos - Penjual es krim
Petarung yang akrab disapa JDS ini disebut sebagai petarung yang baik hati. Hal ini disebabkan profesi lamanya yang pernah menjadi penjual es krim.
Sebagai penjual es krim, Dos Santos harus bersikap lembut kepada para pembeli yang biasanya banyak dari kalangan anak-anak.
JDS kecil, dibesarkan hanya dirawat oleh ibunya sehingga dia harus bekerja sejak dini untuk membantu ibu.
Sempat berganti pekerjaan menjadi pengantar koran, JDS yang saat itu masih berumur 21 tahun dikenalkan Brazilian Jiu-Jitsu oleh pelatih Yuri Carlton.
Berkat Brazilian Jiu-Jitsu , JDS mulai dikenal dan mendapatkan panggung di ajang UFC.
3. Rich Franklin - Guru Matematika
Di balik nama besar Franklin yang sudah menghancurkan beberapa nama besar legenda UFC, rupanya terselip kisah menarik darinya.
Jauh sebelum tampil di Oktagion, Franklin pernah menjadi seorang guru matematika.
Petarung asal Amerika Serikat ini merupakan lulusan S2 Matematika dari University of Cincinnati.
Dia juga sempat menjalankan kewajibannya sebagai pengajar berdampingan dengan jadwal bertarung.
Namun, Franklin harus meninggalkan anak muridnya untuk fokus pada MMA (Mixed Martial Arts) sejak 2006.
Baca Juga: Bintang UFC, Israel Adesanya Ungkap Ketakutan Warga Kulit Putih dalam Pidato Aksi George Floyd
4. Chael Sonnen - Sales properti
Sonnen merupakan salah satu legenda UFC yang hingga kini masih banyak dikenal.
Terkenal punya ucapan-ucapan ceplas ceplos yang sangat mengganggu, siapa sangka jika Sonnen dulunya berkerja sebagai sales properti.
Dia bertugas dalam bidang penjualan perumahan mahal dan hidup dengan uang hasil jerih payahnya tersebut.
Kemampuan menjual barangnya tersebut yang mungkin menjadikan dirinya sangat pandai memancing emosi lawan pada ajang UFC.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | juara.bolasport.com, Sportskeeda |
Komentar