BOLASPORT.COM - Pelatih Persebaya Surabaya, Aji Santoso, menyebut bahwa jika kompetisi dilanjutkan tanpa adanya degradasi akan terasa aneh.
Menurut Aji santoso keseruan sebuah kompetisi selain merebutkan tempat pertama adalah adanya ancaman degradasi.
Adanya ancaman degradasi pula yang membuat persaingan tak hanya berlangsung di papan atas namun juga di dasar klasemen.
Pasalnya seluruh tim akan berjuang mati-matian agar tidak turun kasta di musim selanjutnya.
Namun setelah adanya rapat virtual yang digelar PSSI dan wakil Liga 1 dan 2 pada 2 Juni kemarin, kemungkinan bila kompetisi dilanjutkan maka sistem degradasi tak akan diterapkan.
Baca Juga: Tak Sekalipun Bermain di Liga 2020, Kiper Persebaya Ini Bisa Jadi Pilihan Utama Musim Depan
Sehingga nantinya di musim 2021, Liga 1 akan diikuti 20 klub.
Menanggapi hal tersebut, Aji Santoso masih kekeh dengan keputusan awal bahwa kompetisi 2020 seharusnya dihentikan saja.
Aji lebih memilih diadakannya turnamen dari pada kompetisi berlanjut namun tanpa degradasi.
"Ya mending turnamen saja kalau tidak ada degradasi," kata Aji, dilansir BolaSport.com dari Tribun Jatim.
"Pasti tidak greget kalau tidak ada promosi degradasi," ujar Aji.
Dalam hal ini, Aji tetap konsisten dengan keputusannya.
Sejak awal eks pelatih Arema FC itu juga sempat menolak adanya kelanjutan kompetisi.
Menurutnya akan terlalu riskan jika memaksakan digulirkannya Liga 1 jika pandemi Covid-19 belum benar-benar usai.
Meskipun kini mulai dicanangkannya program normal baru, Aji tetap merasa khawatir.
Bila virus corona telah benar-benar hilang, disitulah waktu yang tepat dijalankannya kembali kompetisi.
Baca Juga: Meski Ada Normal Baru Pelatih Persebaya Tetep Kekeh Agar Kompetisi Tidak Dilanjutkan
"Untuk melanjutkan kompetisi, virus (corona) harus benar-benar hilang," ucap Aji.
Olah raga sepak bola yang melibatkan banyak pemain dan banyak pula kontak fisik yang mendasari kekhawatiran Aji.
"Sepak bola susah dilakukan dalam kondisi new normal, karena lawan dan kawan berbaur jadi satu," kata Aji.
"Kecuali kalau olah raga terpisah seperti tenis meja, bulu tangkis dan lainnya yang terpisah, untuk sepak bola sangat susah," tuturnya.
Editor | : | Mochamad Hary Prasetya |
Sumber | : | Tribun Jatim |
Komentar