BOLASPORT.COM - General Manager APPI, Ponaryo Astaman, mengatakan bahwa skema yang diberikan tidak langsung besaran angka tapi ada penawaran antara klub dan pemain.
Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) dan PSSI memang sebelumnya melakukan rapat bersama pada Kamis (4/6/2020), untuk membahas soal penyesuaian gaji pemain.
APPI dan PSSI membahas mengenai gaji pemain di tengah wacana kompetisi Liga 1 2020 bakal kembali digelar.
Diskusi ini dilatar belakangi dengan berhentinya kompetisi di tengah pandemi Covid-19.
Baca Juga: Jorge Lorenzo Sebut 1 Gelar MotoGP yang Paling Sulit Dicapai
Sebelumnya PSSI mengeluarkan Surat Keputusan (SK) bernomor SKEP/48/III/2020 yang mempersilakan klub-klub Liga 1 dan LIga 2 menggaji pemain maksimal 25 persen dari nilai kontrak mulai Maret sampai Juni 2020.
Setelah keputusan itu, memang tak sedikit pemain yang menerima ataupun meminta kejelasan, tapi pada akhirnya keputusan itu tetap berlaku.
Namun, setelah ada opsi PSSI untuk menggelar kompetisi pada September atau Oktober itu, tentu membuat gaji pemain dari Juli sampai September tidak jelas.
Ponaryo Astaman, menjelaskan formula gaji pemain saat ini masih dalam tahapan pembahasan.
Sebagai asosiasi, APPI tidak hanya berfokus pada pemain lokal saja.
“Bukan hanya pesepak bola lokal saja tetapi juga pesepak bola asing. Tapi itu tidak serta merta menutup hak hukum dari masing-masing anggotanya yakni pemain,” kata Ponaryo Astaman yang disampaikan dalam Webinar APPI EDUBOL.
“Sehingga yang perlu kami tekankan di sini, adalah membuat penawaran over yang melindungi sebagai lembaga sekaligus tidak menghalangi hak hukum pribadi. Jadi masing-masing pemain bisa memperjuangkan haknya,” ucapnya.
Baca Juga: Tira Persikabo Tak Masalah Liga 1 2020 Digelar di Aceh Bukan Jawa
Mantan pilar PSM Makassar itu berharap tidak ada lagi pemain yang mendapatkan gaji di bawah Upah Minimum Regional (UMR) di masing-masing wilayah klub.
Sebelumnya SK pemotongan 75 persen gaji dari PSSI pada Maret lalu masih ada pemain yang mendapatkan gaji di bawah UMR.
“Memang tidak secara merinci menetapkan hak gaji langsung besaran 50 persen untuk yang gajinya sekian atau 75 persen yang gajinya sekian."
"Tapi kami mengaransi secara minimal, memberikan nilai minimal kepada federasi agar klub dan pemain melakukan negosiasi,” ujar Ponaryo.
Jika ada diskusi bersama tentang potongan gaji, para pemain yang tidak setuju dengan berapa persen potongan pun bisa melakukan renegosiasi kepada klub.
“Sehingga kami masih membuka atau memberikan kesempatan kepada klub dan pemain untuk melakukan negosiasi. Tetapi secara moral kami juga sudah diskusi dengan pemain, dan kami tau kondisi saat ini.”
Baca Juga: Indra Sjafri Beberkan Apa Saja Tugas Seorang Direktur Teknik PSSI
“Meski nanti negosiasi terbuka, kami juga tidak akan ngotot minta 100 persen, dan ini yang harus dipahami oleh klub maupun federasi,” katanya.
Ponaryo Astaman pun menegaskan dengan adanya skema negosiasi yang diberikan kepada pemain dan klub, serta PSSI, tentunya akan lebih mempermudah semuanya.
Untuk negosiasi pun bisa lebih cair.
“Negosiasi itu tidak harus menuntut mau terima apapun itu selain 100 persen. Jadi kalau ini dipahami tentu negsiasi bakal cair. Walaupun nantinya dari para pemain satu dengan yang lain pasti ada pendapat yang berbeda,” tutur Ponaryo.
Menghadapi situasi pandemi, beberapa klub pun menyiasati keadaan dengan melakukan penyesuaian kontrak dan berharap pemasukan lain.
Editor | : | Mochamad Hary Prasetya |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar