BOLASPORT.COM - Legenda timnas Indonesia, Firman Utina, menceritakan satu momen pertobatan Hamka Hamzah dari pemain yang suka hura-hura menjadi pemain yang dewasa.
Cerita itu disampaikan Firman Utina di hadapan para muridnya yang menimba ilmu di SSB FU15.
Firman mengatakan bahwa dalam sebuah tim, ada satu pemain yang suka menghabiskan waktu dengan hura-hura dan kegiatan tak penting.
Di masa lalu, sosok pemain tersebut diwakilkan oleh Hamka Hamzah yang terkenal dengan citra negatif.
Baca Juga: DUEL KLASIK - 8 Juni 1997, Uji Coba Super, Italia dan Brasil Bagi Angka 3-3
"Dari 23 pemain sepak bola, pasti ada yang ingin hura-hura," tutur Firman Utina dikutip Bolasport.com dari kanal Youtube Hamka Story 23.
"Hamka ini di mata pesepak bola lainnya sudah jelek. Berapa dekade nama beliau tidak pernah dipanggil (timnas Indonesia)," tambahnya.
Momen pertobatan Hamka Hamzah datang ketika Alfred Riedl diangkat menjadi pelatih timnas Indonesia pada 2010.
Baca Juga: DUEL KLASIK - 8 Juni 1997, Uji Coba Super, Italia dan Brasil Bagi Angka 3-3
Saat itu, Alfred Riedl terkesima dengan permainan Hamka Hamzah yang sedang membela Persipura Jayapura dan memutuskan untuk memanggilnya ke tim Garuda.
"Pada 2010 Alfred Riedl jadi pelatih (timnas Indonesia). Hamka bermain baik di Persipura, jadi juara dan dapat pengghargaan stopper terbaik, dia dipanggil timnas," jelas Firman Utina.
Hamka Hamzah saat itu sempat frustasi tak diterima dalam skuad Garuda karena citra buruk yang dimilikinya.
Di tengah keputusasaan, pemain Persita Tangerang itu memutuskan untuk berkonsultasi dengan Firman Utina dan Bambang Pamungkas yang menjadi seniornya.
Baca Juga: Gabung Klub Hong Kong, Pemain Incaran Shin Tae-yong Disebut Sebagai Pemain Lokal
Sejak saat itu, Hamka pun berubah dari pemain muda yang suka hura-hura menjadi pemain hebat yang dewasa.
"Dia bertanya saja saya nggak percaya. Akhirnya kami ngobrol. Hamka yang tadinya hura-hura dengan masa mudanya, kini sudah nggak lagi," tutur Firman.
"Dia ini punya kualitas. Satu, leader-nya. Kedua, bisa mengayomi teman-temannya. Ketiga, setiap main nggak pernah mau kalah. Dia kalau kalah marah," tandas Firman Utina.
Editor | : | Hugo Hardianto Wijaya |
Komentar