BOLASPORT.COM - Legenda tinju dunia asal Amerika Serikat, Mike Tyson, terkenal tidak memiliki rasa takut menghadapi siapa pun, baik di atas ring maupun di luar ring tinju.
Mike Tyson tumbuh sebagai sosok pemberani karena dia hidup di tengah keluarga miskin dan akrab dengan kekerasan.
Dalam usia 13 tahun, Mike Tyson sudah 30 kali ditangkap polisi. Namun, ada sosok yang ditakuti pemilik nama lengkap Michael Gerard Tyson.
Baca Juga: Mike Tyson Pernah 2 Kali Bangkrut dan Bertanding untuk Bayar Tagihan
Dia adalah Constantine Cus' D'Amato atau dikenal dengan Cus D'Amato yang merupakan pelatih Tyson.
D'Amato mampu menjadi figur ayah, mentor, dan pelatih tinju yang membantu Tyson menjadi petinju termuda yang pernah menjadi juara dunia kelas berat.
Karier D'Amato dimulai dari petinju amatir, tetapi kariernya terhenti karena cedera di mata yang dia derita dalam perkelahian di jalan.
Alih-alih bertinju, ia berkarier dengan mengajar orang cara bertinju. D'Amato membuka gym pertamanya pada usia 22 tahun. Dia bekerja, tinggal, dan tidur di sana.
Rocky Graziano adalah salah satu petinju sebelumnya yang bertarung di bawah pengawasan D'Amato, tetapi ia kemudian beralih menjadi pelatih.
D'Amato melatih mantan juara kelas berat, Floyd Patterson yang kemudian menjadi petinju termuda yang meraih gelar di kelas tersebut saat berusia 21 tahun.
Cus' D'Amato bukan hanya seorang pelatih, tetapi menjadi sosok panutan.
Tyson dikurung di Tryon School for Boys di mana ia bertemu Bobby Stewart, seorang penasihat yang membantu beberapa remaja dengan keterampilan tinju mereka.
Setelah melihat bakat Tyson yang ditemukan di pusat penahanan remaja, Tyson dikirim Stewart untuk berlatih bersama Cus D'Amato yang dibantu oleh Teddy Atlas dan Kevin Rooney.
"Gym Cus berada di atas kantor polisi di Catskill. Tyson menulis dalam bukunya Iron Ambition: My Life with Cus D'Amato," kata Tyson seperti dilansir BolaSport.com dari Sportscasting.
Baca Juga: Anak-anak Mike Tyson Tidak Takut Pamerkan Kekayaan dan Bakat Mereka
"Di dalam gym yang sudah tua ada banyak kliping koran ditempel di dinding. Ada beberapa orang kulit putih yang lebih tua di sana bersama dengan seorang pria muda bernama Teddy Atlas yang membantu Cus," ujar Tyson.
"Saya diperkenalkan kepada Cus dan dalam sedetik saya bisa melihat bahwa dia benar-benar mengendalikan segalanya di sana. Dia hanya menyedot semua udara di ruangan itu, menjabat tangan saya, dan tidak ada bekas senyum di wajahnya. Dia tidak menunjukkan emosi."
Tyson memamerkan bakatnya dan membuat D'Amato dan Teddy Atlas (seorang pelatih yang bekerja di bawah D'Amato) terkesan.
Tyson bertanya kepada Stewart apa pendapat D'Amato tentang dia.
"Dia bilang saya tidak bisa kembali?" Tyson menulis dalam buku itu.
"Tidak, katanya, 'Bobby, kecuali gangguan luar, itu adalah juara dunia kelas berat dan mungkin alam semesta. 'Tetapi, itu terjadi hanya jika dia terus bekerja keras," ucap Tyson mengulangi perkataan D'Amato.
Iron Mike yang saat itu masih berusia 13 tahun menghabiskan waktu beberapa bulan untuk berlatih.
Dia mulai mempelajari keahliannya bertinju sebelum memiliki pengalaman pertama di atas ring.
Hubungan Tyson dengan D'Amato
Ketika Mike Tyson dibebaskan dari Tryon School for Boys, ia pindah dengan Cus D'Amato. Mereka memiliki ikatan kuat yang melampaui tinju.
Dia menjadi wali hukum Tyson setelah ibu Tyson meninggal. Dia juga ayah yang tidak pernah dimiliki Tyson.
D''Amato adalah satu-satunya orang yang membuat Tyson merasa takut. Dia juga satu-satunya orang yang dapat mengendalikan dan mengkritik Tyson secara membangun.
Dalam buku Tyson, Iron Ambition: My Life with Cus D'Amato, dirilis pada tahun 2017, Tyson membuat pengakuan.
"Saya ketakutan ketika sendirian bersama dia," tulis Tyson dalam buku otobiografinya.
"Jika dia memanggil saya 'Mike, saya perlu bicara denganmu', saya tidak merasa senang menghampiri dia. Saat itulah dia mulai memberi saya kritik terperinci tentang pertarungan saya," ujar Tyson.
"Orang-orang melihat perayaan di depan umum atas kemenangan KO saya yang sensasional. Tetapi, mereka tidak mendengar Cus berbicara kepada saya sendirian setelah pertarungan," aku Tyson.
D'Amato meninggal ketika Tyson berusia 19 tahun. Tyson saat itu mencatat rekor kemenangan 11-0 sebagai petinju profesional. Mereka saling membutuhkan.
Tyson memberi penghargaan kepada D'Amato karena membalikkan hidupnya. D'Amato pernah mengatakan bahwa mampu mengembangkan petinju muda berbakat seperti Tyson, membuat dia bersemangat.
"Hal ini membuat saya merasa seperti orang muda," kata D'Amato kepada New York Times.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | sports casting |
Komentar