"Pada bulan September kami mengira Piala Thomas dan Uber serta Denmark Open I dan II akan terlaksana. Latihan kami terfokus untuk turnamen itu," kata Park.
"Sebelumnya kami mengontak semua klub dan berbincang dengan ketua klub. Tentu saja motivasi pemain sedikit turun karena tak ada turnamen. Namun, saat sudah di kamp, mereka kembali bersemangat," ujar pria asal Korea Selatan itu.
Baca Juga: Juarai Denmark Open 2020 Tanpa Kalah 1 Gim, Apa Rahasia Nozomi Okuhara?
Memulai latihan kembali pun cukup sulit di mata Park.
"Para pemain perlu sedikit waktu. Pada dua hari pertama kami mengadakan latihan bebas dengan memisahkan para pemain putra dan putri," ucap Park.
"Kami tidak bisa menampung banyak pemain di area yang sama sehingga sesi latihan harus dipersingkat," kata dia.
Latihan tim sendiri dimulai sejak September.
"Kami mulai berlatih pada September. Awalnya semua orang takut dan berhati-hati. Baru pada akhir bulan segalanya sempurna dan kami sadar pelatnas adalah tempat terbaik untuk para pemain," tuturnya.
Sebelum dipanggil kembali ke pelatnas, Yuki Fukushima dkk mengalihkan fokus ke klub masing-masing.
"Sebelum Agustus para pelatih pelatnas memberikan nasihat via telepon dan video. Keadaan semua klub pun baik-baik saja, mereka berlatih kembali setelah All England Open 2020," kata Park.
"Setiap klub punya kebijakan sendiri. Saya mengunjungi semua klub pada Agustus dan menilai level mereka belum berbeda daripada saat All England Open," tuturnya.
Editor | : | Dwi Widijatmiko |
Sumber | : | BWF |
Komentar