BOLASPORT.COM - Juru taktik Chelsea, Thomas Tuchel, memperingatkan para pemain The Blues bahwa dirinya bisa berubah menjadi pelatih yang emosional pada saat tertentu.
Thomas Tuchel diberi mandat menjadi pelatih Chelsea pada 26 Januari 2021 menggantikan posisi Frank Lampard yang dipecat.
Sejauh ini, Tuchel terbilang mampu membuat Chelsea kembali bersinar setelah sempat meredup.
Dengan mengubah formasi 4-3-3 ke 3-4-3, Tuchel berhasil membawa The Blues meraih empat kemenangan dari lima laga awalnya di seluruh kompetisi.
Sementara sisanya berakhir dengan imbang.
Baca Juga: PSG Tanpa Neymar, Mauricio Pochettino Sudah Siapkan Rencana untuk Kalahkan Barcelona
Mantan arsitek Paris Saint-Germain itu juga sukses mengembalikan performa beberapa pemain Chelsea yang terpinggirkan di era Lampard.
Marcos Alonso dan Cesar Azpilicueta adalah dua contoh pemain yang kembali tampil menggigit di bawah asuhan Tuchel.
Selain itu, Tuchel dinilai bisa dengan cepat merangkul semua personel Chelsea, sehingga menciptakan atmosfer yang positif di ruang ganti.
Meski dianggap begitu, Tuchel mengaku tak selembut yang dilihat oleh orang-orang.
Pelatih berusia 47 tahun ini menjelaskan bahwa dia bisa mendadak berubah menjadi emosional ketika diperlukan.
Thomas Tuchel mengatakan dirinya akan menjadi galak pada momen-momen tertentu dengan tujuan untuk melecut semangat anak asuhnya.
Baca Juga: Ilkay Guendogan Sebut Dirinya Bisa Habiskan Karier di Manchester City
"Hanya karena saya berusaha keras untuk berbaik hati kepada kalian, tidak berarti saya berusaha terlalu keras agar semua orang mencintai saya di ruang ganti karena hal ini tidak ada," kata Tuchel seperti dikutip BolaSport.com dari Sky Sports.
"Bisakah saya menjadi orang yang galak? Ya, tentu saja, jika benar-benar diperlukan."
"Saya bisa sangat emosional, dan saya juga bisa menjadi galak jika saya merasa ini adalah saat yang tepat untuk melakukannya dan memberi kejutan."
"Jika Anda melakukan semuanya sepanjang waktu, maka tidak ada yang mau mendengarkan karena itu menjadi kebiasaan, jadi semua orang terbiasa."
"Tujuannya juga untuk tetap sedikit tidak terduga, dan sering kali masuk akal karena, bagi saya, penting untuk membangun kepercayaan dan hubungan yang dapat kita andalkan.
"Pemain tidak akan dihukum, diteriaki atau dihina di depan grup, ini tidak dapat diterima, tetapi jika kami harus menunjukkan hal-hal dengan jelas, saya adalah teman baik untuk melakukannya di depan seluruh grup," tambahnya.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | Sky Sports |
Komentar