Akibatnya, tim jadi sulit menemukan identitas permainan.
"Anda harus sebaik mungkin mematangkan tim yang memberi Anda garansi paling banyak di lapangan dalam latihan," ujar Cagni, dikutip BolaSport.com dari Tuttomercatoweb.
"Ketika menemukan itu, Anda harus mengikuti jalan tersebut. Kalau tidak, jika selalu berubah, Anda tak akan menyelesaikan apa pun."
"Apabila Anda memberikan sebuah mobil Ferrari kepada sopir pemula, menjadi logis bahwa Anda salah," tutur opa 70 tahun yang juga pernah membesut Parma ini.
Baca Juga: Andrea Pirlo ke Juventus: Semuanya gara-gara Pep Guardiola (1)
Baca Juga: Andrea Pirlo ke Juventus: Bukan Gambling, melainkan Planning (2)
Analoginya, skuad Juventus saat ini sepertinya terlalu mewah buat dipimpin seorang pelatih debutan seperti Pirlo.
Pirlo sendiri menganggap kegagalan di Liga Champions bukan berarti kiamat untuk musim Juventus.
"Pasti tim mengalami pukulan telak, tetapi kami sudah berlatih kembali. Kami masih punya pertandingan di Serie A untuk dimainkan dan final Coppa Italia," ujarnya.
"Kami punya keharusan untuk menunjukkan bahwa kami adalah Juventus dan dapat bereaksi terhadap momen negatif dengan mengeluarkan kemampuan terbaik kami."
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | football-italia.net, tuttomercatoweb.com |
Komentar