BOLASPORT.COM - Air susu dibalas dengan air tuba. Peribahasa itu bisa menggambarkan pengalaman pahit tim Indonesia saat dipaksa mundur dari All England Open 2021.
Dikeluarkan secara paksa dari turnamen menjadi mimpi buruk yang dialami tim bulu tangkis Indonesia ketika berlaga pada All England Open 2021.
Asa untuk meraih prestasi di turnamen penuh gengsi tersebut justru hancur ketika Greysia Polii dkk. diperintahkan untuk meninggalkan arena.
Seperti diketahui, tim Indonesia dipaksa mundur karena mendapat instruksi untuk melakukan isolasi mandiri selama 10 hari dari otoritas kesehatan Inggris yaitu NHS.
Baca Juga: Greysia Polii Tampar BWF, Kritik Komunikasi Satu Arah dan Kegagalan Lindungi Atlet Indonesia
Indonesia diharuskan melakukan isolasi karena satu pesawat dengan penderita Covid-19 dalam penerbangan dari Istanbul menuju Birmingham.
Tidak ada yang salah dengan keputusan BWF dan panita All England untuk mengeluarkan tim Indonesia karena mereka hanya menuruti protokol kesehatan.
Namun, para pemain geram karena tidak mendapat kesempatan yang sama dengan pemain lain yang masih diperbolehkan bertanding meski menanggung risiko yang sama.
Dalam acara Kamar Rosi di Kompas TV, Rabu (24/3/2021), Greysia Polii dan Praveen Jordan menjelaskan perlakuan tidak adil yang mereka terima di All England Open 2021.
Baca Juga: Dizalimi di All England Open 2021, Indonesia Siap Balas di Olimpiade Tokyo
Greysia melihat BWF telah gagal memenuhi tanggung jawab mereka ketika kasus Covid-19 yang menimpa tim Indonesia terjadi di All England Open 2021.
"Kalau mau fair, sewaktu kita masih tanding, ada tiga poin yang seharusnya dipertanggungjawabkan BWF," kata Greysia kepada Rosiana Silalahi.
"Satu, kita di-swab ulang dan dia [BWF] harus membela kita dengan bertanya ke NHS, tetapi dia tidak melakukan. Padahal ini bukan cuma satu atlet tetapi seluruh anggota tim."
"Kedua kalau kami suspected (dicurigai), menurut aturan harus diisolasi semua dong, berarti harus ditunda, setidaknya ditunda pertandingannya, atau All England yang dihentikan."
"Ketiga adalah ganti rugi. Kita sudah dateng, gak bisa main, dipulangkan, berarti kan harus ada yang diganti bukan cuma minta maaf."
Soal penundaan turnamen, Greysia beralasan bahwa pemain negara lain juga harus diisolasi karena berinteraksi dengan para pemain Indonesia yang "dicurigai".
Lebih-lebih, ada tiga wakil Indonesia yang sudah bertanding, yaitu Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, Jonatan Christie, dan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan.
Greysia mempertanyakan sikap BWF untuk tidak menghentikan pertandingan Ahsan/Hendra meski mereka sudah tahu The Daddies juga merupakan suspect Covid-19.
Baca Juga: Marcus Fernaldi Tolak Permintaan Maaf BWF dan Tuntut Pertanggungjawaban untuk Ajang Mendatang
Praveen menguatkan pendapat Greysia bahwa akan lebih adil apabila turnamen All England 2021 dihentikan.
Juara All England dua kali tersebut melihat bahwa penampilan tiga wakil Indonesia sudah cukup untuk membuat turnamen dihentikan.
"Walaupun kita gak ada contact, tetapi shuttlecock kan berpindah, kadang kita pegang nanti lawan yang pegang," kata Praveen.
"Kalau kita yang terindikasi, kita kan pegang kok dan dipegang sama dia juga, terus bedanya kenapa dia masih bisa main sementara kita bisa main?" imbuhnya.
Baca Juga: Terkait Insiden All England Open 2021, Inggris Tegaskan Tak Ada Diskriminasi
Kekecewaan pemain Indonesia semakin besar karena mereka telah menunjukkan iktikad baik dengan mematuhi aturan kesehatan di Inggris.
Soal email dari NHS misalnya, Greysia mengatakan bahwa BWF tidak akan tahu apabila tim bulu tangkis Indonesia tidak melapor soal instruksi melakukan isolasi mandiri itu.
"Tahu gak BWF pertama bilangnya apa? 'Wah kalau kalian tidak kasih tahu ini kita gak akan tahu'. Berarti kan ada celah untuk tidak memberi tahu dan terus bertanding," kata Greysia.
Namun, tim Indonesia memilih untuk melapor.
Baca Juga: Greysia Polii Ambil Hal Positif Usai Diusir dari All England Open 2021
Greysia mengatakan keputusan itu diambil demi menjunjung nilai kejujuran dan sportivitas serta menghormati aturan di negara tuan rumah.
Pemenang medali emas Asian Games itu pun mengharapkan perlindungan dari BWF setelah bersikap demikian. Namun, hal itu tidak pernah terjadi.
"Kita bertanggung jawab, kita di negara orang, dan ada 'bapak' kita, pelindung kita adalah BWF, kita pertama kali berpikir seperti itu," tutur Greysia.
"Kalau kita misalnya memilih untuk tidak melaporkan yang diserang siapa? BWF dan kita karena itu sudah melanggar aturan pemerintah setempat."
Baca Juga: Tanpa Gelar All England dan Alami Delay, Tim Bulu Tangkis Indonesia Pulang Terhormat
Greysia dan Praveen mengambil hikmah dari musibah yang dialami tim bulu tangkis Indonesia di All England Open 2021.
Praveen merasakan energi positif dari dukungan besar warganet serta bersyukur orang-orang sekarang lebih peka dengan tim bulu tangkis Indonesia.
Meski begitu, Praveen mewanti-wanti agar warganet lebih menjaga sikap dan tutur kata dalam menyampaikan protes terhadap semua pihak.
"Lebih bijak aja di sosial media dan jangan salah sasaran," kata Praveen menanggapi bagaimana atlet-atlet luar juga ikut mendapat amarah dari warganet.
"Maksud saya, kita kesel cuma jangan sapu rata semua kita hajar. Boleh kesel cuma be smart, harus lebih pintar menggunakan sosial media."
"Bukannya gak boleh, yang lebih pantes lah dibaca. Orang luar kan jadi ngelihat jelek ke kita. Netizen yang komen tetapi kan imbasnya ke kita juga, ke negara kita," sambungnya.
Sementara itu, Greysia berharap pengalaman pahit di All England bisa memacu pemain Indonesia untuk membuktikan diri pada event yang lebih besar yaitu Olimpiade.
"Di Olimpiade 2020 gimana nih, tantangannya, kita harus lebih baik berarti karena kita ingin ngeluarin semua yang kita bisa. [Ibarat] jagoan mengalah duluan hahaha," ujar Greysia.
Baca Juga: All England Open 2021 Semrawut, Dubes RI Sebut BWF Tak Kompeten
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | Kompas.tv |
Komentar