BOLASPORT.COM - Pensiunan jagoan UFC, Khabib Nurmagomedov, mengungkapkan pertandingan sepak bola paling gila versi dirinya.
Sudah bukan rahasia lagi bahwa sepak bola adalah olahraga kedua Khabib Nurmagomedov setelah MMA.
Khabib Nurmagomedov pernah punya impian menjadi pesepak bola.
Setelah pensiun dari UFC, Khabib Nurmagomedov bahkan sempat disebut-sebut akan menjadi pemain sepak bola profesional.
Mengikuti perkembangan sepak bola dunia, pengetahuan Khabib soal olahraga si kulit bulat ini tidak perlu diragukan lagi.
Baca Juga: Tak Terima Khabib Nurmagomedov Pensiun, Tony Ferguson Masih Ingin Melawannya
Khabib juga punya sejumlah klub favorit yaitu Real Madrid, Anzhi Makhachkala, Liverpool, AC Milan, dan tentu saja timnas Rusia.
Bicara sepak bola, Khabib memiliki kenangan soal pertandingan paling gila yang pernah dia lihat.
Pertandingan itu terjadi jauh sebelum Khabib Nurmagomedov memulai karier di MMA profesional pada 2008.
Seperti dikutip Bolasport.com dari Sport Express, pertandingan tersebut terjadi pada 9 Juli 2006.
Laga sepak bola paling gila pilihan Khabib adalah final Piala Dunia 2006.
Ketika itu Italia mengalahkan Prancis dengan skor 5-3 lewat adu penalti setelah dalam 120 menit berbagi angka 1-1.
"Hari tergila dalam sejarah sepak bola," kata Khabib soal final Piala Dunia 2006.
Sebagai fans, pertandingan itu pastinya berarti emosional bagi Khabib.
Pasalnya, Italia dan Prancis diperkuat beberapa pemain dari klub kesayangannya.
Ada 5 pemain AC Milan yang memperkuat Italia di Piala Dunia 2006, yaitu Gennaro Gattuso, Alberto Gilardino, Alessandro Nesta, Filippo Inzaghi dan Andrea Pirlo.
Sementara itu, Prancis malah dikapteni oleh legenda Real Madrid, Zinedine Zidane.
Final Piala Dunia 2006 sayangnya berakhir buruk bagi Zidane.
Dia dikartu merah wasit karena menanduk dada Marco Materazzi.
Setelah Piala Dunia 2006, Zidane pensiun sebagai pesepak bola profesional.
Baca Juga: Pesona Khabib Nurmagomedov Memang Luar Biasa! Terbukti Luluhkan Petenis Cantik Rusia
Editor | : | Dwi Widijatmiko |
Sumber | : | Sport Express |
Komentar