BOLASPORT.COM - LaLiga Santander atau kompetisi strata tertinggi Liga Spanyol membuktikan diri sebagai yang paling sengit di antara kompetisi elite domestik Eropa musim ini.
LaLiga 2020-2021 memasuki etape final dengan tinggal menyisakan empat pertandingan dan semuanya masih dipertaruhkan.
Tim-tim masih memperjuangkan nasib dalam persaingan gelar juara, zona Eropa, dan sintas dari degradasi.
Level kompetitif semakin membara karena dua pertandingan melibatkan 4 kandidat juara yang berjarak rapat-rapat di klasemen bakal digelar pada pekan ke-35.
Barcelona menjamu Atletico Madrid di Camp Nou pada Sabtu (8/5/2021) petang WIB, sedangkan Real Madrid dan Sevilla bertarung di Stadion Alfredo Di Stefano 24 jam kemudian!
Baca Juga: Profil Mikel Oyarzabal, Simbol Terbesar dari Akademi Real Sociedad
Selain itu, ada setidaknya lima tim yang bakal bersaing merebutkan tiket ke Liga Europa.
Mereka ialah Real Sociedad, Villarreal, Real Betis, serta Bilbao dan Granada.
Di papan bawah, tak seperti liga-liga top lain di Eropa, belum ada satu pun tim yang dipastikan degradasi dari LaLiga musim ini.
Lima klub berjuang sekuat tenaga menghindari relegasi, yakni Alaves, Elche, Real Valladolid, Huesca, dan Eibar.
Tak ada satu pun yang akan menyerah dan mereka bakal mati-matian memenuhi target masing-masing dalam 4 partai tersisa.
Kembali ke papan atas, empat tim masih bersaing ketat untuk meraih trofi Liga Spanyol musim ini dalam sisa dua minggu kompetisi berjalan.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Mikel Oyarzabal: Kalau Masih Ada Lionel Messi, Susah Jadi Top Scorer LaLiga (1)
Atletico Madrid, Real Madrid, Barcelona, dan Sevilla hanya terpisahkan margin 6 poin di zona empat besar klasemen.
Jarak sedemikian tipis di antara tim 4 besar saat kompetisi berada di titik ini adalah kondisi tidak normal.
Di liga lain, Inter Milan sudah memastikan diri sebagai kampiun Liga Italia dengan keunggulan 13 poin dari runner-up.
Manchester City tinggal menunggu waktu memastikan gelar Liga Inggris secara matematis.
Begitu juga Bayern Muenchen di Liga Jerman yang bisa merayakan trofi akhir pekan ini.
Hanya Liga Prancis yang mendekati LaLiga, di mana ada 4 tim, dikomandoi Lille dan PSG, yang bisa dikatakan berlomba di trek juara.
Bukti lain LaLiga sebagai liga paling ketat di kompetisi elite Eropa tersaji dalam fakta rataan poin antara tim peringkat 1 dan 2 yang mencapai 6 angka saja sejak 2014-2015.
Semakin kecil margin pemisah antara tim juara dan tim runner-up, bisa dibilang semakin ketat persaingannya.
Sejak Real Madrid dan Barcelona menembus plafon 100 poin pada 2012 dan 2013, perolehan tim juara LaLiga di tahun-tahun berikutnya menunjukkan tren cenderung menurun.
Tim juara Liga Spanyol finis dengan 90 poin (2014), 94 (2015), 91 (2016), 93 (2017), 93 (2018), 87 (2019), dan 87 (2020).
Musim ini, jika Atletico memenangi seluruh laga tersisa, mereka hanya akan mengumpulkan maksimal 88 poin.
Artinya, semakin sedikit poin yang diperoleh, maka semakin sulit sebuah tim untuk juara, dan ini jadi bukti bahwa persaingan kian ketat.
Sebuah studi dari CIES (International Centre for Sports Studies) menunjukkan bukti pendukung LaLiga sebagai kompetisi paling ketat dari lima liga top Eropa berdasarkan skor pertandingan.
Hanya 11,4 persen dari pertandingan Liga Spanyol yang berakhir dengan kemenangan bermargin 3 gol atau lebih.
Dengan kata lain, keseimbangan nyaris tercipta di semua laga.
Semakin tipis margin dari sebuah kemenangan, bisa diartikan semakin kecil jarak kualitas di antara klub-klub mereka.
Sebaliknya, semakin besar sebuah kemenangan tercipta, maka jurang kualitas pun semakin lebar alias jomplang.
Segala hal tersebut bermuara kepada banyaknya klub Liga Spanyol yang mampu menembus pentas kontinental di Eropa (Liga Champions, Liga Europa).
Sejak 2014-2015, LaLiga mengirim 13 klub di ajang antarklub Benua Biru, hanya diimbangi Liga Jerman, dan di atas liga-liga elite lainnya.
Selain dua peserta termapan seperti Real Madrid dan Barcelona, Spanyol juga sampai diwakili Granada di perempat final Liga Europa musim ini dan Villarreal di partai puncaknya.
Salah satu faktor utama di balik evolusi menuju level kompetitif yang tinggi ini adalah sejumlah program yang diterapkan LaLiga.
Misalnya Financial Controls, yang pertama kali diperkenalkan pada 2013, dan sentralisasi penjualan hak siar pertandingan sejak 2015.
Basis finansial yang lebih solid dan distribusi pemasukan yang lebih adil terbukti berandil memperkuat setiap klub LaLiga.
Dampaknya, klub-klub memiliki tingkat keseimbangan lebih tinggi.
Berkat pengendalian finansial ini, klub dapat mengurangi utang kumulatif kepada institusi publik dari 650 juta euro lebih pada Januari 2013 menjadi hanya 28 juta euro di akhir 2020.
Jumlah tersebut diprediksi akan terus berkurang beberapa musim mendatang.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | LaLiga |
Komentar