BOLASPORT.COM - Kurang dari dua bulan menjelang Olimpiade Tokyo 2020, berbagai persiapan terus dimatangkan para calon Olimpian, tak terkecuali pasangan ganda putri nasional Indonesia, Greysia Polii/Apriyani Rahayu.
Dikutip dari Badminton Indonesia, duet Greysia Polii/Apriyani Rahayu bertekad menyumbang medali dari nomor ganda putri untuk kali pertama sepanjang penyelenggaraan Olimpiade.
Kendati demikian, satu-satunya wakil dari nomor ganda putri itu tetap diminta tidak terlalu stres ketika menjaga ekspetasi publik dan PP PBSI.
Apalagi, Olimpiade Tokyo 2020 akan menjadi partisipasi pertama bagi Apriyani Rahayu pada pesta olahraga dunia empat tahunan tersebut.
Baca Juga: Indonesia Punya Wakil Terbanyak Ke-2 pada Bulu Tangkis Olimpiade Tokyo 2020
"Untuk sisi fisik, mereka (Greysia/Apriyani) sudah siap, tetapi ini kan turnamen besar di olahraga, bukan hanya bulu tangkis, dan digelar pun hanya empat tahun sekali. Jadi, saya menaruh perhatian lebih pada masalah non-teknisnya," tutur pelatih kepala ganda putri nasional Indonesia, Eng Hian.
"Bagaimana saya bisa menjaga mereka tidak berada di bawah tekanan atau terlalu berekspetasi tinggi. Saya buat serileks mungkin seperti turnamen biasa saja," kata pria yang akrab disapa Didi itu.
Baca Juga: Tunggal Putra Asli Indonesia pada Olimpiade Tokyo 2020 Bukan Cuma Anthony dan Jonatan
Demi menjaga ketenangan mental menjelang Olimpiade Tokyo 2020, Eng Hian mengatakan bahwa dia juga meminta bantuan tim psikolog di pelatnas PP PBSI untuk mendampingi Greysia/Apriyani hingga hari pertandingan tiba.
Strategi ini pernah digunakan pelatih kepala ganda campuran nasional Indonesia, Richard Mainaky, kala menyiapkan pasangan legendaris Tanah Air, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, pada Olimpiade Rio 2016.
Lima tahun lalu, Tontowi/Liliyana sukses mengharumkan nama Indonesia pada pentas Olimpiade Rio 2016 dengan meraih medali emas.
Pada laga final, duet yang akrab disapa Owi/Butet itu mengalahkan wakil Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying, dengan skor 21-14, 21-12.
Tontowi/Liliyana pun naik ke podium kampiun Olimpiade tanpa pernah kehilangan satu gim.
Padahal, sebelum bertolak ke Rio de Janeiro, Brasil, performa Tontowi/Liliyana di lapangan pertandingan bak rollercoaster yang naik-turun.
Namun, segala permasalahan non-teknis mereka akhirnya bisa diselesaikan hingga mampu menjadi juara Olimpiade.
"Saya juga meminta bantuan psikolog untuk membuat program serta mendampingi Greysia/Apriyani, agar kondisi mental mereka tetap bagus dan terjaga," tutur Eng Hian.
"Juga agar mereka selalu bisa mengikis ketegangan saat pertandingan di lapangan atau di luar lapangan."
"Saya pernah merasakan bagaimana tegangnya bermain di Olimpiade," ucap Eng Hian.
"Tegangnya bukan hanya di lapangan, tetapi kadang sebelum tidur juga ada rasa tegang. Kalau tidak bisa mengatasinya, bisa merugikan."
"Itu yang saya tidak mau terjadi pada mereka, terutama Apri yang baru kali ini turun di Olimpiade," kata peraih medali perunggu ganda putra Olimpiade Athena 2004 bersama Flandy Limpele itu.
Baca Juga: Ganda Putra Malaysia Yakin Bisa Pertahankan Medali Perak pada Olimpiade Tokyo
Greysia Polii/Apriyani Rahayu yang kini menempati peringkat keenam dunia dipastikan bakal tampil pada Olimpiade Tokyo 2020 tanpa turnamen pemanasan.
Turnamen terakhir yang diikuti mereka adalah Thailand Open I, Thailand Open II, dan BWF World Tour Finals 2020 pada Januari lalu.
Pada All England Open 2021, Greysia/Apriyani gagal bertanding karena tim Indonesia dipaksa mundur setelah diketahui berada dalam pesawat yang sama dengan suspek virus Corona alias Covid-19.
Adapun Malaysia Open 2021 dan Singapore Open 2021 yang semula dijadikan turnamen antara untuk Greysia/Apriyani sebelum Olimpiade Tokyo 2020 batal digelar karena kasus harian Covid-19 di Malaysia dan Singapura mengalami lonjakan.
Editor | : | Diya Farida Purnawangsuni |
Sumber | : | Badminton Indonesia |
Komentar