BOLASPORT.COM - Presiden UEFA, Aleksander Ceferin, menyebut gelaran EURO 2020 yang menggunakan sistem multi-kota sebagai tuan rumah tidak adil.
EURO 2020 memang menggunakan sistem yang sama seperti edisi sebelumnya, EURO 2016, yakni putaran final yang diikuti 24 tim dan babak gugur dimulai dari 16 besar.
Namun, ada yang berbeda antara EURO 2016 dengan Piala Eropa kali ini terkait tuan rumah penyelenggara,
Pada gelaran EURO 2016, Prancis menjadi tuan rumah tunggal dan menyediakan 10 stadion untuk menggelar seluruh pertandingan.
Baca Juga: Final EURO 2020 - Italia dan Inggris adalah 2 Tim Terbaik Saat Ini
Sementara dalam gelaran tahun ini, EURO 2020 menggunakan sistem tuan rumah multi-kota, yang berarti tidak hanya satu negara yang menjadi tuan rumah partai Piala Eropa.
Awalnya ada 13 kota di seluruh Eropa yang akan menjadi tuan rumah EURO 2020.
Namun, karena pandemi COVID-19, jumlah tuan rumah EURO 2020 dikurangi menjadi 11 kota, yakni London, Glasgow, Amsterdam, Kopenhagen, Saint Petersburg, Seville, Munich, Baku, Roma, Bucharest, dan Budapest.
Baca Juga: Tim Bulu Tangkis China Incar 3 Emas pada Olimpiade Tokyo 2020
Keputusan menggelar EURO 2020 dengan sistem tuan rumah multi-kota pun menuai kritik.
Pasalnya, tim yang mampu melangkah jauh pada gelaran Piala Eropa kali ini hanyalah tim yang memainkan semua pertandingan fase grupnya di rumah sendiri.
Setidaknya ada empat tim yang melangkah jauh karena memainkan tiga pertandingan fase grupnya di kandang sendiri, yakni Denmark, Inggris, Italia, serta Spanyol, dan keempat tim itu lolos ke semifinal EURO 2020.
Baca Juga: Di Depan Mike Tyson, Oscar De La Hoya Tantang Raja Tinju Dunia
Bahkan, Inggris bakal memainkan enam pertandingan di kandang sendiri, Stadion Wembley.
Rincian dari pertandingan timnas Inggris di Wembley dalam gelaran EURO 2020 adalah tiga pada fase grup, satu pada babak 16 besar, satu pada semifinal, dan terakhir adalah partai final, di mana timnas Inggris akan berhadapan dengan timnas Italia.
Presiden UEFA, Aleksander Ceferin, sadar betul akan besarnya keuntungan dan kerugian yang dialami tim peserta EURO 2020 karena sistem tuan rumah multi-kota.
Baca Juga: Jelang Final EURO 2020, Gareth Southgate Kirim Pujian untuk Roberto Mancini
Oleh karena itu, Aleksandar Ceferin pun menegaskan bahwa dia tidak akan lagi mendukung gelaran Piala Eropa dengan tuan rumah multi-kota karena menurutnya itu tidak adil, khususnya untuk para penggemar.
"Saya tidak akan mendukungnya lagi," kata Ceferin saat ditanya tentang Piala Eropa multi-kota lainnya seperti dikutip BolaSport.com dari BBC Sport.
"Terlalu menantang. Di satu sisi, tidak benar bahwa beberapa tim harus menempuh lebih dari 10.000 km, sementara yang lain hanya menempuh 1.000 km."
Baca Juga: Jadwal UFC 264 - Banyak Laga Menarik Pengiring Duel McGregor vs Poirier
"Ini tidak adil bagi para penggemar yang harus berada di Roma hari ini, dan harus berada di Baku beberapa hari berikutnya, yang membutuhkan empat setengah jam penerbangan."
"Kami juga harus banyak bepergian, ke negara-negara dengan yurisdiksi berbeda, mata uang berbeda, negara-negara di Uni Eropa (UE) dan Non-UE, jadi itu tidak mudah."
"Namun, itu adalah keputusan yang diambil sebelum saya menjabat, jadi saya tetap menghormatinya."
"Ini tetap ide yang menarik, namun sulit untuk diterapkan dan saya rasa kami tidak akan melakukannya lagi," tutur Ceferin menambahkan.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | BBC Sport |
Komentar