BOLASPORT.COM - Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) mengingatkan konsekuensi moral dan ekonomi kepada para pemain Serie A yang ramai-ramai menolak vaksin.
Gerakan anti vaksin di kalangan para pemain Serie A mulai merebak dalam beberapa hari terakhir.
Sejumlah klub Serie A seperti Spezia dan Udinese melaporkan ada beberapa pemainnya yang menolak untuk mendapatkan vaksin.
Direktur Udinese, Pierpaolo Marino, mengatakan mereka memiliki tiga pemain yang anti vaksin.
Baca Juga: Hijrah dari Juventus, Fabio Paratici Ingin Buat Tottenham Hotspur Jadi Serie A Mini
Sementara itu, Spezia mengonfirmasi bahwa telah terbentuk klaster COVID-19 di dalam skuad mereka yang disebabkan oleh dua pemain yang anti vaksin.
Dokter Spezia, Vincenzo Salini, meyakini bahwa dirinya telah mengidentifikasi asal mula klaster yang berisi 11 anggota klub (pemain dan staf).
"Kami telah memberikan vaksin dosis pertama, tetapi dua pemain tidak mau melakukannya," kata Salini pada Senin (19/7/2021).
"Mereka menganggap diri mereka anti vaksin dan sekelompok kecil kasus kemudian berkembang."
"Untungnya, semua pemain merasa baik-baik saja. Semua klub sedang mengerjakan pemberian vaksinasi," ujar Salini lagi.
Adapun Lazio menjadi klub terbaru yang melaporkan bahwa ada pemainnya yang menolak untuk diberi vaksin.
Lazio berencana melakukan vaksinasi di kamp pelatihan Auronzo di Cadore mulai Sabtu (24/7/2021) waktu setempat, tetapi empat pemain menolak.
Baca Juga: Misteri Vaksin Lionel Messi di Amerika Serikat
Menurut laporan La Republica yang dikutip BolaSport.com, pelatih Maurizio Sarri, Presiden Claudio Lotito, dan staf medis akan mencoba berbicara secara pribadi dengan para pemain tersebut.
Para pemain yang menolak vaksin harus menerima konsekuensi moral dan ekonomi atas keputusan yang diambil, terutama jika menimbulkan infeksi COVID-19 massal.
"Sebagian besar anggota skuad divaksinasi, setidaknya dengan dosis pertama," kata anggota Komisi Medis FIGC, Gianni Nanni, dikutip BolaSport.com dari Football Italia.
"Dan ada sangat sedikit kasus pemain yang tidak divaksinasi. Hal ini sudah merupakan langkah maju yang besar daripada tahun lalu," ujar Nanni lagi.
Klub dan staf medis di Italia bersikeras bahwa mereka tidak dapat memaksa pemain untuk mendapatkan vaksin, seperti yang akan dilakukan Liga Inggris.
"Model yang dilakukan Liga Inggris sangat drastis, tetapi juga sangat efektif. Saat menghadapi pandemi, kita membutuhkan aturan yang jelas dan dihormati," tutur Nanni.
“Saya tidak yakin itu bisa diterapkan di Italia karena kami tidak bisa mewajibkan vaksin. Namun, kita dapat mengambil keputusan lain."
Baca Juga: Dayung Olimpiade Tokyo 2020 - Mutiara/Melani Akui Grogi Jalani Debut
"Kami dapat memberi tahu mereka yang tidak akan mendapatkan vaksin bahwa mereka harus memikul tanggung jawab dan biaya finansial dari setiap perawatan medis yang berasal dari keputusan mereka. "
"Jika Anda memicu wabah dalam tim, bisnis atau sekolah, maka Anda juga harus membayar konsekuensi ekonomi."
"Orang bebas untuk memutuskan sesuai keinginan mereka, tetapi kemudian harus mengambil tanggung jawab moral dan ekonomi untuk keputusan tersebut."
"Saya tidak berpikir itu terlalu banyak untuk ditanyakan," tutur Nanni menambahkan.
Editor | : | Septian Tambunan |
Sumber | : | La Reppublica, football Italia |
Komentar