BOLASPORT.COM - Laga mixed martial arts (MMA) antara para petarung profesional bukanlah sesuatu yang asing, tapi bagaimana jika yang bertanding adalah CEO dari masing-masing promotor?
Konsep unik ini tengah viral di media sosial setelah video latihan Chatri Sityodong, CEO dan Chairman dari ONE Championship, diunggah di Instagram dan Twitter.
Kolom takarir (caption) berisi pertanyaan “Siapa yang ingin menyaksikan Chatri vs Dana?”, merujuk pada Dana White, bos dari UFC.
Unggahan ini pun mengundang berbagai reaksi baik dari fans maupun atlet profesional.
Banyak komentar menyatakan jika laga ini akan menjadi kontes yang tak seimbang karena Chatri Sityodtong adalah pemilik sabuk cokelat Brazilian Jiu-Jitsu (BJJ) dan telah berlatih Muay Thai selama lebih dari 35 tahun.
Di lain pihak, Dana White lebih dikenal sebagai pebisnis.
Namun, bagaimana kira-kira jalannya laga jika pertarungan ini benar-benar terjadi?
Baca Juga: Chatri Sityodtong vs Dana White, Bos ONE Championship bakal Menang
View this post on Instagram
Duel Atas (Stand-up Game)
Karena Chatri Sityodtong telah berlatih Muay Thai selama lebih dari tiga dekade, maka kemampuan tendangan serta pukulannya bisa jadi sebuah senjata mengerikan.
Namun, bukan berarti Dana White tak punya pengalaman sama sekali.
White diketahui aktif berlatih tinju sejak usia remaja.
Saat berusia 17 tahun, dia mendalami olahraga yang juga dikenal dengan nama “sweet science” tersebut.
White bahkan juga mulai aktif melatih dalam boxercise, konsep yang menitikberatkan tinju sebagai metode berlatih dibandingkan berkompetisi.
Melihat fakta tersebut, maka pertukaran serangan dalam duel atas bisa sangat menarik.
Muay Thai bisa dibilang lebih agresif karena bisa memanfaatkan delapan anggota tubuh mulai dari kaki hingga sikut.
Oleh karenanya, disiplin ini disebut juga sebagai “seni delapan tungkai”.
Namun, praktisi tinju jelas memiliki pukulan baja yang tak kalah mengerikan karena itu memang senjata utama mereka.
Selain itu, pergerakan kaki (footwork) serta kepala (head movement) dalam menghindari serangan lawan juga jadi salah satu nilai lebih dari seorang petinju.
Kemampuan menghindari serangan bisa membuat frustrasi hingga akhirnya membuka celah dalam sistem pertahanan lawan.
Dalam area ini, menarik ditunggu aksi saling tukar serangan dan siapa yang bisa mendaratkan serangan lebih agresif.
Jika tidak, pemenangnya bisa saja ditentukan lewat satu pukulan keberuntungan (one lucky punch) yang bisa mengakhiri laga dalam sekejap.
Baca Juga: Misi Elipitua Siregar Balas Kekalahan 2 Jagoan Indonesia di ONE Championship
Duel Bawah (Ground Game)
Ketika berlangsung di bawah, maka jalannya laga mungkin akan lebih mudah ditebak.
Dengan berbekal ribuan jam berlatih di atas matras, Chatri Sityodtong tentu memiliki peluang besar mengakhiri laga lewat kuncian.
Bagaimanapun, ia adalah pemilik sabuk cokelat BJJ di bawah asuhan Renzo Gracie, praktisi legendaris yang berasal dari klan grappling termasyhur.
Secara teori, para pemilik sabuk cokelat BJJ bisa mematahkan anggota tubuh lawan hanya dalam hitungan detik.
Namun, logika matematika tidak selalu berlaku di arena laga.
Contohnya dalam ajang ONE Championship: Winter Warriors pada Desember lalu.
Stamp Fairtex, yang memiliki latar belakang dalam Muay Thai, bisa mengalahkan Ritu Phogat lewat kuncian armbar.
Hal ini sedikit sulit diterima logika karena area bawah seharusnya mutlak milik Ritu sebagai peraih medali emas dalam cabang olahraga gulat.
Namun, seperti yang banyak atlet bilang, apa pun bisa terjadi dalam sebuah pertarungan MMA.
Hal ini pun berlaku dalam duel Chatri Sityodtong vs Dana White.
Terlebih, sang bos UFC memiliki bobot badan yang lebih berat sehingga bisa jadi salah satu keuntungan.
Dengan pengalaman selama lebih dari dua dekade dalam mempromosikan laga MMA, Dana White tentu bukan sosok sembarangan.
Ia pasti sudah banyak belajar dari para petarung top yang berlaga di UFC.
Editor | : | Dwi Widijatmiko |
Sumber | : | ONE Championship |
Komentar