BOLASPORT.COM - Klub sultan Eropa tidak akan bisa belanja jor-joran lagi karena UEFA hendak memperketat aturan financial fair play (FFP).
Kompetisi sepak bola di Eropa memang mencuri perhatian banyak pencinta sepak bola dunia.
Hal tersebut tentu tidak lepas dari banyaknya pemain bintang yang bermain di kompetisi Eropa.
Makin banyaknya para pemain bintang yang berlaga di Eropa, makin banyak pula uang yang mengalir ke sana.
Tak jarang, banyak perusahaan dan orang-orang kaya dari berbagi penjuru dunia ingin berinvestasi di sepak bola Eropa.
Baca Juga: UEFA Bangkitkan Finalissima, Italia-Argentina Bentrok 3 Bulan Lagi
Kondisi tersebut mengakibatkan munculnya fenomena klub-klub sultan baru, seperti Manchester City, Paris Saint-Germain, dan Newcastle United.
Karena sudah memiliki banyak uang, klub-klub sultan pun tak segan untuk berbelanja banyak pemain mahal.
Hal itu membuat semakin timpangnya kekuatan klub kaya dengan klub sederhana.
Untuk mengurangi masalah itu, Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA) pun membuat aturan baru terkait financial fair play (FFP).
Dilansir BolaSport.com dari The New York Times, UEFA akan membatasi pengeluaran tim-tim di Eropa.
Baca Juga: UEFA Bakal Ubah Financial Fair Play, Ganti Aturan Mirip Liga Spanyol
Dalam tiga tahun ke depan, seluruh klub harus menghabiskan uang maksimal 70 persen dari pendapatan klub.
Namun, UEFA tidak akan langsung menerapkan aturan tersebut.
UEFA akan memberikan waktu selama tiga tahun dulu sebagai waktu adaptasi untuk seluruh klub.
Setelah waktu tiga tahun tersebut, UEFA akan segera menerapkan aturan.
UEFA juga sudah menyiapkan berbagai sanksi jika ada klub yang melanggar aturan FFP baru.
Baca Juga: Tak Ada Perubahan Venue Leg Pertama dan Kedua dari Duel Chelsea Vs Madrid
Klub yang melanggar aturan FFP baru ini akan terdegradasi di kompetisi Eropa.
Jika klub tersebut berlaga di Liga Champions, maka akan terdegradasi ke Liga Europa.
Jika klub tersebut berlaga di Liga Europa, maka akan terdegradasi ke Conference League.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | The New York Times |
Komentar