BOLASPORT.COM - Kembalinya penonton ke tribune stadion di kompetisi Indonesia adalah kemenangan kecil atas kesunyian, rasa sedih, dan luka lara selama dua tahun.
"Aku merindukan perayaan dan juga duka. Karena, kadang-kadang, sepak bola adalah kesenangan yang menyakitkan dan musik kemenangan yang membuat orang mati menari berdansa mirip keheningan stadion yang kosong, di mana salah satu pihak yang kalah, tak berkutik, masih terduduk di tengah tribune besar, seorang diri,"
Kutipan esais ternama asal Uruguay, Eduardo Galeano, dalam buku Soccer in Sun and Shadow tersebut bisa menjadi ekspresi kerinduan masyarakat Indonesia atas sepak bola sebagai perayaan dalam kehidupan mereka setelah dua tahun kehampaan dan isak tangis kesedihan selama pandemi COVID-19.
Keringnya prestasi Timnas Indonesia di kompetisi antarnegara atau klub lokal di liga domestik tak menyurutkan animo suporter untuk mendukung tim kesayangannya di stadion.
Bagi fans, sepak bola adalah perayaan dan stadion adalah kuil perayaan itu selama 90 menit.
Penulis masih ingat dengan gamblang saat Bruno Silva merayakan gol penutup PSIS Semarang atas Arema FC pada 14 Maret 2020 dari dekat.
Laga tersebut menyajikan paket lengkap sebuah pertandingan sepak bola, mulai dari kartu merah, jual-beli serangan, hingga pitch invasion.
Penulis tak bakal mengira bahwa laga di Stadion Moch. Soebroto, Magelang, tersebut jadi yang terakhir disaksikan dengan suasana riuh ribuan suporter yang memadati stadion.
Dua kasus perdana COVID-19 di Indonesia jadi awal sebuah kehampaan dari dunia bernama sepak bola.
Editor | : | Dwi Widijatmiko |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar