BOLASPORT.COM - Lev Yashin menjadi nama yang identik dengan para kiper yang berlaga di Piala Dunia. “Keabadian” nama Lev Yashin pun bukan tanpa alasan.
Legenda Lev Ivanovich Yashin dimulai pada 1950, ketika ia memulai debut bersama Dynamo Moscow pada usia 21 tahun.
Namun, namanya tidak langsung besar dalam semalam. Ia bahkan baru dilirik tim nasional empat tahun kemudian pada 1954.
Lev Yashin pertama kali menunjukkan taringnya pada Olimpiade 1956 kala membantu Uni Soviet memenangi medali emas setelah menang atas Jerman, Bulgaria, Yugoslavia, dan Indonesia.
Lev Yashin hanya kebobolan dua gol dari lima pertandingan termasuk satu laga ulangan melawan tim Indonesia kala itu.
Petualangan Lev Yashin di tim Uni Soviet berlanjut hingga Piala Dunia 1958.
Pada turnamen di Swedia ini, dunia sepak bola benar-benar seperti melihat seorang legenda baru menunjukkan gebrakannya.
Di fase grup, misalnya, ketika Uni Soviet bertemu Brasil. Mereka memang kalah 2-0 dari tim Samba.
Baca Juga: PIALA DUNIA - Ingin Cetak Sejarah, Abdou Diallo Optimistis Tembus Semifinal bersama Timnas Senegal
Hanya saja, penampilan Yashin-lah yang membantu Uni Soviet terhindar dari kekalahan dengan skor yang lebih telak dan lebih memalukan.
Kontribusi Yashin juga mengantarkan Uni Soviet ke perempat final sebelum langkah mereka terhenti oleh tuan rumah Swedia.
Toh, penampilan Lev Yashin tak luput dari apresiasi. Ia masuk ke susunan All-Star Team Piala Dunia 1958.
Lev Yashin terus bersinar. Ia membawa Uni Soviet menjuarai Piala Eropa pada 1960 setelah menang 2-1 atas Yugoslavia pada laga final turnamen yang hanya diikuti empat negara itu.
El premio más importante que puede recibir un arquero lleva su nombre ¿Pero qué tan bueno era realmente Lev Yashin? Dos minutos que demuestran la presencia que imponía la Araña Negra. ⚽️????️????pic.twitter.com/akFuUR9DPN
— VarskySports (@VarskySports) August 16, 2022
Sepanjang kariernya ini juga Yashin mulai mendapat dua julukan yang disematkan kepadanya; Black Panther (Si Macan Kumbang Hitam) dan Black Spider (Si Laba-laba Hitam).
Alasannya adalah kebiasaan Yashin mengenakan pakaian serba hitam saat bertanding.
Kecemerlangan Yashin tak lepas dari pengamatan para sesama kiper.
Lev Yashin belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti berkarier di sepak bola.
Baca Juga: Daripada Menunda, Sekarang Waktunya Ronaldo Ungkap Kebenaran soal Masa Depan
Ia kembali ke Piala Dunia 1962 di Cile. Nyatanya, Uni Soviet gagal tampil impresif, begitu juga dengan Yashin.
Lev Yashin membuat sejumlah kekalahan, termasuk blunder fatalnya saat Uni Soviet bertemu Kolombia.
Akibatnya, dari unggul 4-1, Uni Soviet harus puas dengan hasil imbang 4-4.
Buruknya penampilan Yashin membuat surat kabar Prancis, L’Equipe, tak segan memprediksi bahwa karier Yashin sudah berakhir.
Lev Yashin toh tetap berdiri teguh menjadi orang terakhir di lini pertahanan Soviet.
Dua kali benturan kepala yang dia alami sepanjang turnamen tak menghalanginya membawa Uni Soviet hingga perempat final sebelum lagi-lagi dipulangkan oleh tuan rumah.
Piala Dunia 1962 meninggalkan jejak suram untuk kariernya.
Toh, Yashin menolak menyerah. Ia kembali bangkit setahun kemudian, termasuk saat bermain melawan Inggris pada sebuah laga persahabatan.
Baca Juga: PIALA DUNIA - Messi Bukan Tuhan, Batistuta Ungkap La Pulga Masih Perlu Dukungan Pemain Argentina
Penampilan cemerlang Si Laba-laba Hitam ini yang turut membantu Yashin meraih trofi Ballon D’Or 1963.
Prestasi ini menjadikan menjadikan Yashin satu-satunya kiper yang membawa pulang trofi pemain terbaik dunia itu sampai hari ini.
Majalah France Football yang memberikan penghargaan Ballon D’Or menulis Lev Yashin sebagai sosok yang merevolusi peran kiper.
“Dia merevolusi posisi penjaga gawang dengan selalu siap bertindak sebagai bek tambahan dan memulai serangan balik berbahaya lewat penempatan di lapangan dan lemparannya.”
Uni Soviet pun tak punya alasan untuk tidak mempercayai Lev Yashin pada Piala Dunia 1966.
Yashin yang saat itu sudah menginjak usia 36 tetap memimpin rekan-rekannya untuk menembus semifinal dan meraih tempat keempat pada akhir turnamen.
Gordon Banks, kiper Inggris di Piala Dunia 1966, tidak sanggup untuk tidak memuji Lev Yashin.
Dari wawancara yang dikutip BolaSport.com dari BBC, Banks mengatakan penampilan Lev Yashin selalu berada di level tertinggi pada semua aspek.
Baca Juga: 5 Faktor yang Buat Kepindahan Bernardo Silva ke Barcelona Jadi Mustahil
“Dia membuat penyelamatan hebat, tahu sudut yang bisa ia jangkau, dan bisa menangkap umpan silang. Lev Yashin juga seorang pria yang berkelas,” kata Banks.
“Pada Piala Dunia 1966 dia membuat penyelamatan untuk Uni Soviet dan kepalanya berada di kaki pemain yang nyaris mencopot kepalanya.”
“Hal pertama yang Yashin lakukan adalah memastikan si pemain ini baik-baik saja.”
Uwe Seeler and Lev Yashin at Goodison Park in the 1966 World Cup. #EFC pic.twitter.com/c5TQKYnlCX
— EFC Statto (@EFC_Statto) July 21, 2022
Lev Yashin masih sempat ikut ke Piala Dunia 1970. Namun, kala itu ia sudah tidak lagi menjadi bintang utama dan hanya menjadi kiper ketiga, sebelum betul-betul gantung sepatu pada 1971.
Betul, Lev Yashin memang pensiun tanpa trofi Piala Dunia untuk Uni Soviet. Bukan berarti kecemerlangannya terlupakan begitu saja.
FIFA mengabadikan nama Lev Yashin sebagai nama trofi untuk kiper yang tampil paling impresif sepanjang Piala Dunia sejak Piala Dunia 1994.
Ada empat nama yang meraih gelar tersebut sebelum berganti nama menjadi Golden Glove.
Baca Juga: PIALA DUNIA - 5 Pemain yang Harus Pindah Klub agar Main di Piala Dunia 2022
Mereka adalah Michel Preud’homme (Belgia, pada Piala Dunia 1994), Fabien Barthez (Prancis, Piala Dunia 1998), Oliver Kahn (Jerman, Piala Dunia 2002), dan Gianluigi Buffon (Italia, Piala Dunia 2006).
Sekarang, Yashin Trophy menjadi nama untuk penghargaan kiper terbaik setiap tahunnya.
Gianluigi Donnarumma, kiper Paris Saint-Germain, menjadi orang terakhir yang memenangi trofi tersebut pada 2021.
Kesuksesan Yashin meraih Ballon D’Or pun membuka jalan untuk para penjaga gawang lain meneruskan jejaknya sebagai pemain terbaik dunia.
Jalan yang hingga hari ini masih lowong dan belum ada lagi yang bisa melintas di sana, tetapi tetap terbuka untuk para kiper yang masih aktif berlaga, termasuk di Piala Dunia 2022 nanti.
Di Uni Soviet dan nantinya Rusia, nama Lev Yashin pun tetap harum.
Sosoknya diabadikan dalam dua patung perunggu buatan pematung kebanggaan negara Eropa Timur itu, Aleksandar Rukavishnikov, yang bahkan bukan penggemar sepak bola.
“Dia pahlawan nasional. Bukan cuma karena sepak bola, tetapi karena karakternya, dan karena dia pria yang hebat,” kata Rukavishnikov.
“Lev Yashin adalah simbol kesuksesan. Dia penjaga gawang, dan penjaga gawang ibarat daerah pembatas. Dia menjaga segalanya,” ucap Rukavishnikov lagi.
Editor | : | Bonifasius Anggit Putra Pratama |
Sumber | : | ESPN, Bleacher Report, BBC Sports |
Komentar