BOLASPORT.COM - CEO Piala Dunia 2022, Nasser Al-Khater, menanggapi kritikan yang diberikan kepada negara Qatar sebagai penyelenggara turnamen.
Sejumlah kritikan tertuju kepada negara Qatar ketika terpilih sebagai penyelenggara Piala Dunia 2022 pada 2010.
Seiring berjalannya waktu, berbagai persiapan dalam pembangunan infrastruktur telah digencarkan sebagai penunjang gelaran Piala Dunia.
Dengan waktu kurang dari tiga bulan, banyak kritikan masih menghampiri Qatar sebagai negara penyelenggara.
Sebagian besar kritikan ini tertuju pada isu hak asasi manusia yang dinilai tidak diberlakukan dengan baik kepada para pekerja.
Isu penunggakan gaji, penahanan visa, dan kebijakan merugikan terhadap para pekerja mencuat.
Baca Juga: Peserta Piala Dunia - Profil Timnas Portugal, Kans Terakhir Cristiano Ronaldo Juara Piala Dunia
Banyak para pekerja yang juga meninggal dalam proses pengerjaan proyek pembangunan tetapi tidak mendapat santunan sesuai hukum.
Oleh sebab itu, banyak organisasi kemanusiaan di dunia mengecam tindakan yang dilakukan oleh Qatar.
Mereka menilai bahwa Qatar tak bisa menjadikan hak asasi manusia sebagai landasan dalam bekerja untuk turnamen semata.
Dilansir BolaSport.com dari Inside Sport, Nasser Al-Khater selaku CEO Piala Dunia 2022 menanggapi kritikan tersebut.
Nasser Al-Khater menilai bahwa kritikan yang tertuju pada Qatar tidak adil dan sesuai kenyataan.
"Kami menilai banyak kritik yang tidak adil, tidak berdasarkan kenyataan faktual. Apa pun yang kami rasa adalah kritik adil yang telah kami terima," ujar Al-Khater.
Baca Juga: PIALA DUNIA - Seragam Meksiko dan Jepang Jadi yang Paling Diidolakan
Andy Vermaut shares: For Qatar's foreign workers, protesting can lead to deportation: As Qatar prepares to host the FIFA World Cup in November, the country is once again drawing criticism from human rights organisations. For several months, a… https://t.co/GMW1r7bD0D Thanks. pic.twitter.com/nCGaupR8vZ
— Andy Vermaut (@AndyVermaut) September 8, 2022
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | Insidesport.in |
Komentar