BOLASPORT.COM - Timnas Prancis menjadi pemberi bukti keberlanjutan dari kutukan dengan jawara bertahan Piala Dunia yang tak bisa lolos dari fase grup.
Menjadi pemenang di gelaran akbar sekelas Piala Dunia adalah dambaan setiap negara kala ikut berpartisipasi.
Namun, ada satu kutukan yang menghantui bagi para pemenang Piala Dunia ketika kembali berpartisipasi dalam edisi selanjutnya.
Kutukan tersebut adalah ketidakmampuan mereka dari fase grup meski pada awal turnamen diunggulkan.
Kejadian ini dimulai ketika timnas Prancis sebagai kampiun Piala Dunia 1998 harus gugur di babak grup pada Piala Dunia 2002 di Korea Selatan dan Jepang.
Berada satu grup dengan Senegal, Uruguay, dan Denmark, timnas Prancis tak berkutik dengan nihil kemenangan.
Les Bleus kalah dari Denmark dan Senegal serta meraih hasil imbang ketika berhadapan dengan Uruguay.
Padahal sebelum 2002, juara bertahan gagal lolos dari fase grup hanya terjadi sebanyak dua kali.
Baca Juga: PIALA DUNIA - Thomas Tuchel Dipecat Chelsea Jadi Berkah Buat Christian Pulisic
Dilansir BolaSport.com dari BBC, dua tim tersebut adalah timnas Italia pada edisi 1950 dan timnas Brasil pada tahun 1966.
Sebelum periode tersebut para juara bertahan memiliki kesempatan lebih besar untuk kembali memenangi turnamen.
Namun, kutukan ini tak terjadi ketika timnas Brasil menjadi jawara pada Piala Dunia 2002 sekaligus yang kelima bagi mereka.
Timnas Brasil berhasil menyapu bersih tiga kemenangan di laga grup dan menghempaskan Ghana di babak 16 besar.
Sayangnya, Ronaldinho dkk. harus mengakui keunggulan Prancis setelah takluk 0-1 di babak perempat final.
Kutukan ini kembali berlanjut di Piala Dunia 2010 Afrika Selatan. Kala itu, Italia yang berstatus juara Piala Dunia 2006 alami nasib serupa dengan Prancis di tahun 2002.
Gli Azzurri berada satu grup dengan Paraguay, Selandia Baru, dan Slowakia dengan Italia harus tertunduk lesu setelah mengalami dua hasil imbang dan sekali kekalahan.
Ketidaklolosannya ini memunculkan anggapan baru bahwa kutukan kembali berlanjut bagi tim juara bertahan.
Baca Juga: PIALA DUNIA 2022 - Qatar Adakan Turnamen Khusus untuk Suporter
Sejarah kemudian berulang kembali di Piala Dunia 2014 Brasil saat timnas Spanyol yang punya status mentereng sebagai juara Euro dua kali beruntun dan kampiun Piala Dunia 2010 mengalami hal yang sama.
Generasi emas timnas Spanyol tersebut hanya meraih satu kemenangan atas Austalia dan menelan dua kekalahan dari Belanda dan Chile.
Banyak yang beranggapan bahwa masa dari Spanyol sudah habis, pasalnya banyak tim juga telah berbenah termasuk timnas Jerman yang mampu menjuarai Piala Dunia 2014.
The reigning World Cup holders have been knocked out at the group stage in four of the last five tournaments:
2002: ???????? France
2010: ???????? Italy
2014: ???????? Spain
2018: ???????? GermanyThe curse of the champions. pic.twitter.com/u8xINJ6yom
— Squawka (@Squawka) June 27, 2018
Akan tetapi, timnas Jerman yang diunggulkan di atas kertas di babak grup sebab bersama dengan Korea Selatan, Meksiko, dan Swedia justru apes.
Jerman cuma bisa menang atas Swedia dengan Der Panzer dibuat tak berdaya di tangan Meksiko dan Korea Selatan di laga penentuan yang kala itu dilatih oleh pelatih timnas Indonesia saat ini, Shin Tae-yong.
Kini, Prancis mendapatkan beban kutukan tersebut setelah berhasil jadi kampiun di Piala Dunia 2018 Rusia.
Les Bleus tergabung bersama Australia, Tunisia, dan Denmark, di satu sisi jika dilihat dari kualitas tim, Prancis tentu superior atas lawan-lawannya.
Namun, bukan tidak mungkin tim asuhan Didier Dechamps akan meneruskan kutukan bahwa juara bertahan tak akan lolos dari babak grup.
Editor | : | Bonifasius Anggit Putra Pratama |
Sumber | : | BBC.com |
Komentar