BOLASPORT.COM - Pasangan ganda putri Indonesia, Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi, tengah dipersiapkan agar kemampuannya meningkat setelah Indonesia memiliki Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti sebagai andalan sektor tersebut.
Berdasarkan peringkat terbaru, Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi meraih peringkat kedua di bawah Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti. Apriyani/Fadia menempati ranking ke-24 dunia, sementara Febriana/Amalia di peringkat ke-28 dunia.
"Secara keseluruhan kami persiapkan sebaik-baiknya. Saya malah lebih fokus mempersiapkan Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi (Ana/Tiwi) supaya kapasitsnya lebih naik lagi," kata pelatih ganda putri Indonesia, Eng Hian ditemui BolaSport.com di pelatnas Cipayung, Jakarta.
Baca Juga: Tunggal Putra Indonesia Sudah Capai Target pada 2022, tetapi...
"Bayangannya untuk sementara Apri/Fadia dan Ana/Tiwi. Ana/Tiwi perlu banyak memperbaik pola teknis. Pertama, pasti mereka diberikan jam terbang agar banyak belajar. Dari situ, dia bisa lihat, dia akan tahu evaluasi. Yang pasti, mereka lebih banyak kekurangan di sisi teknis."
"Ana/Tiwi bukan banyak di hal fisik, tetapi teknik. Ada atlet yang progress-nya cepat, ada yang lama. Kalau yang tipikal teknik 'biasa-biasa; saja, biasanya progress-nya butuh waktu lama," aku Eng Hian.
"Atlet yang teknisnya biasa, tetapi dia rajin itu bisa berhasil daripada atlet yang punya skill tinggi, tetapi malas. Tetapi, kalau atlet yang punya skill tinggi, dibantu dengan rajin akan seperti Apri. Ganda putri kalau saya punya seperti Apri 10 orang, saya senang. Tetapi, tidak semua pemain seperti itu."
Eng Hian menjelaskan mengapa Apriyani bisa melesat prestasinya hingga meraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020 di usia 23 tahun karena dia memiliki kemampuan ekstra.
"Kalau kita mengharapkan pemain seperti Apri dan Kevin (Sanjaya), mau menunggu berapa lama kita tidak tahu. Kiami maunya membentuk, termasuk Ana/Tiwi harus dibentuk bukan alami. Itu butuh proses," tutur Eng Hian yang akrab disapa Didi itu.
Menurut Eng Hian, materi ganda putri yang ada di pelatnas tidak sulit berprestasum tetapi butuh proses.
"Kalau sulit kasarnya seperti hopeless mungkin bisa ditanya ke tunggal putri. Ganda putri kalau dicompare dengan ganda campuran, bagusan mana. Dari awal 2014, ganda putri ini tidak ada dibandingkan sektor lain," ujar Eng Hian.
"Tetapi, kami berproses seperti Greysia (Polii) itu berproses. Dia bukan pemain yang super talent, dia itu butuh proses. Itu yang harus kami maklumi. Greysia mulai juara setelah 10 tahun disini yakni mulai 2014. Jadi kami harus memahami talent-talent dan yang butuh proses."
"Kalau saya tidak mau memiliki 6-8 pasang, tetapi nilai skornya 3-5. Saya lebih baik punya 2 pasang pemain yang nilainya 9 dan 10. Buat apa saya memiliki pemain banyak-banyak kalau skornya 4 atau 5 karena tidak bisa bersaing ke level atas," ucap Eng Hian.
"Kapasitas pemain putri dan putra berbeda sekali. Itu yang harus dimaklumi dan dipahami. Kalau putra banyak yang berpotensi, putri itu mengais-ngais. Kami bicara yang berpotensi. Kalau yang bermain banyak. Kami mencari yang terbaik. Dengan adanya 20 pemain ganda putri, kami harus berani melakukan kombinasi."
Apriyani/Fadia akan menghadapi Anna Ching Yik Cheong/Teoh Mei Xing (Malaysia)
pada babak pertama Denmark Open 2022, sementara Febriana/Amalia akan melawan Kim So-yeong/Kong Hee-yong (Korea Selatan) yang merupakan unggulan kedua.
Denmark Open 2022 akan digelar pada 18-23 Oktober, dilanjutkan dengan French Open 2022 (25-30 Oktober).
Baca Juga: MotoGP Australia 2022 - Aleix Espargaro Sebut Quartararo Tetap Favorit Juara meski Sedang Menurun
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar