BOLASPORT.COM - Lothar Matthaeus dikenal sebagai salah satu bintang Piala Dunia terbaik di eranya dengan segudang rekor yang di antaranya masih awet sampai masa kini.
Legenda timnas Jerman, Lothar Matthaeus boleh dijuluki Iron Man-nya Piala Dunia.
Hal ini lantaran ketangguhan, daya tahan karier, serta atribut skill yang dia miliki ketika masih aktif wira-wiri di kejuaraan terakbar sejagat.
Semuanya tentu saja didukung prestasi yang mentereng bersama timnas Jerman.
Pria kelahiran Erlangen, 21 Maret 1968, tercatat sebagai pengoleksi caps terbanyak timnas Jerman (150 laga).
Itu baru satu rekor lokal. Catatan lain dalam lingkup global adalah pemilik penampilan terbanyak di putaran final Piala Dunia (25 partai).
Matthaeus membukukannya tanpa putus di Piala Dunia 1982, 1986, 1990, 1994 dan 1998.
Baca Juga: Bintang Piala Dunia - Neymar, Si Calon Kuat Raja Berikutnya jika Tanpa Cedera dan Drama
Rekor itu masih awet hingga detik ini dan baru bisa dipecahkan Lionel Messi di Piala Dunia 2022.
Syaratnya, Lionel Messi harus selalu tampil bersama timnas Argentina dari awal fase grup sampai final atau perebutan tempat ketiga.
Superstar PSG itu kini sudah tampil dalam 19 pertandingan di 4 edisi beruntun Piala Dunia (2006-2018).
Adapun rekor lain milik Matthaeus ialah menjadi salah satu pemain yang paling sering finis di posisi dua teratas Piala Dunia, sejajar dengan nama-nama legendaris lain semodel Pele atau Cafu.
Dia mengalaminya 3 kali, yakni ketika menjadi runner-up 1982 dan 1986, serta juara di Piala Dunia 1990.
Lothar Matthaeus pun memangku peran kapten kala timnas Jerman menjuarai edisi Italia 1990.
Tambahkan pula titel Piala Eropa 1980, gelar Pemain Terbaik Dunia 1991, serta 19 trofi klub dalam riwayat hidupnya.
Sederet prestasi itu tercipta berkat talentanya yang memikat.
Lothar Matthaeus disebut spesimen langka karena memiliki paket kemampuan lengkap sebagai gelandang bertahan, gelandang serang, bek, playmaker, sayap, hingga sesekali penyerang.
"Saya kecil, tapi jago dalam menyundul bola. Ya, hal yang membuat saya kuat adalah saya memiliki semuanya," kata eks jagoan Bayern Muenchen dan Inter Milan.
"Saya tentu bukan Diego Maradona. Saya sangat cepat. Saat saya melewati seseorang, lawan tak akan bisa mengejar lagi."
"Apa yang bisa Maradona lihat pada ruang sempit, saya dapat melihatnya lebih luas dari jauh," ucapnya.
Mungkin terdengar sedikit arogan, sesuai dengan rekam jejaknya yang dikenal sangat doyan berkomentar, acapkali kontroversial.
Namun, opini Matthaeus punya dasar catatan menawan.
Baca Juga: Bintang Piala Dunia - Pedri, Matador Muda Tumpuan Spanyol Kembali ke Jalur Juara
Alaminya sebagai gelandang, dia punya senjata tekel tajam, operan presisi, penempatan posisi yang baik, serta visi menawan dalam mendikte permainan.
Tambahkan fitur dribel cemerlang, tembakan keras dan naluri gol tinggi, lengkap sudah predikat Matthaeus sebagai pemain multitalenta.
"Hanya ada satu Lothar di Jerman. Sebagai pemimpin di lapangan, dia juga mendapat respek dari lawan," kata Sang Kaisar Franz Beckenbauer memuji mantan anak asuhnya di timnas Jerman itu.
Statistik Matthaeus memang sulit ditandingi. Sepanjang karier, dia mencetak 23 gol dalam 150 laga timnas.
Pada level klub, ia memperkuat tiga klub top Eropa dengan markah sebagai legenda.
Ia membela Gladbach (1979-1984), Bayern Muenchen (1984-1988, 1992-2000), dan Inter Milan (1988-1992).
Tim lainnya ialah Herzogenaurach pada awal karier profesional (1978-1979) dan MetroStars di ujungnya (2000).
Total, Matthaeus mengemas 800 partai dengan torehan 224 gol.
Sebuah catatan mengagumkan untuk ukuran pemain yang sering juga bertugas di area pertahanan.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | FIFA.com |
Komentar