BOLASPORT.COM - CEO Piala Dunia 2022 Qatar, Nasser Al-Khater, meminta turnamen tidak dibuat sebagai platform pernyataan politik.
Dalam waktu dekat, ajang terbesar sepak bola pria antarnegara akan berlangsung dengan tajuk Piala Dunia 2022 di Qatar.
Mulai 20 November hingga 18 Desember mendatang akan ada 32 tim bertarung untuk memperebutkan trofi emas Piala Dunia.
Namun, sejumlah kritikan tak henti-hentinya tertuju kepada Qatar sebagai negara penyelenggara.
Sejak ditunjuk menjadi negara tuan rumah pada Desember 2010, Qatar berbenah dengan mempersiapkan infrastruktur untuk kesuksesan Piala Dunia.
Hampir 12 tahun setelah penunjukkan, Qatar kini bersiap menyambut negara-negara peserta dan jutaan pendukung yang datang langsung.
Akan tetapi, masalah politik nyatanya tidak lepas dari ajang ini di mana sejumlah negara Eropa secara terbuka membahasnya.
Qatar, yang dikenal sebagai negara Muslim, membuat sejumlah aturan yang dinilai tidak terbuka kepada orang-orang Eropa.
Baca Juga: Bintang Piala Dunia - Lothar Matthaeus, Sang Iron Man-nya Turnamen Akbar Sejagat
Salah satunya adalah dengan menentang adanya perilaku yang tidak sesuai norma Islam, yakni adanya dukungan kepada komunitas LGBTQ.
Beberapa waktu lalu, 10 negara Eropa menyatakan bakal menggunakan ban kapten berwarna putih bertuliskan One Love dengan logo berbentuk hati berwarna pelangi.
Hal ini dilakukan oleh beberapa negara sebagai bentuk dukungan terhadap komunitas tersebut.
Di Eropa, dukungan ini lazim diberikan agar tidak membatasi orientasi seksual seseorang dalam menikmati sepak bola.
???? "Everybody is welcome here, and everyone will feel safe."
Qatar 2022 CEO Nasser Al-Khater on migrant workers, rainbow coloured armbands, and safety during the World Cup pic.twitter.com/RHwH54hE4k
— Football Daily (@footballdaily) October 13, 2022
Namun, bagi nilai dan norma negara Qatar, hal ini tentu bertentangan dengan ajaran yang diyakini.
Qatar memang mengizinkan komunitas LGBTQ untuk hadir secara langsung, tetapi mereka tidak akan mengubah aturan yang sudah dibuat.
Nasser Al-Khater meminta untuk menghormati kultur yang ada di negara Qatar.
Dia berharap tidak ada yang menggunakan ajang Piala Dunia sebagai kampanye politik.
Baca Juga: PIALA DUNIA - Cedera Lutut Takkan Halangi Reece James ke Qatar
"Pada akhirnya, selama Anda tidak melakukan apa pun yang merugikan orang lain, jika Anda tidak merusak properti publik, selama Anda berperilaku dengan cara yang tidak berbahaya, maka semua orang diterima dan Anda memiliki tidak ada yang perlu dikhawatirkan," kata Al-Khater, dikutip BolaSport.com dari Daily Mail.
"Dari apa yang saya pahami, ada diskusi yang terjadi tentang berbagai pesan politik yang akan disampaikan."
"Ini adalah turnamen olahraga yang orang ingin datang dan nikmati. Mengubahnya menjadi platform pernyataan politik yang menurut saya tidak tepat untuk olahraga," ujar Al-Khater.
Editor | : | Ade Jayadireja |
Sumber | : | Dailymail.co.uk |
Komentar