BOLASPORT.COM - Dalam catatan Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) selama Tragedi Kanjuruhan, mereka merekomendasikan agar PSSI segera menggelar Kongres Luar Biasa (KLB).
Lantas apakah KLB bisa membuat sepak bola Indonesia lebih maju atau tidak?
Ketua Tim Penyusun Statuta PSSI, Dali Tahir, turut merespon dorongan untuk dilakukannya KLB PSSI pasca Tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022 lalu.
Sebagai mantan praktisi sepak bola nasional, ia memahami tekanan itu.
Pria yang juga mantan anggota Komite Etik FIFA dan pendiri Liga Galatama itu sempat mengalami berbagai momen krusial di PSSI.
Baca Juga: Shin Tae-yong ke Pemain Timnas U-20 Indonesia: Kalau Kehilangan Bola, Suka Berdiri Diam Saja
"Saya menghargai pandangan tersebut, tapi maaf, Ali Sadikin yang di KLB 1980-an awal, tidak membuat PSSI menjadi lebih baik."
"Nurdin Halid digempur, didemo selama delapan bulan, juga tidak membuat PSSI menjadi baik. Mengapa? Karena dasar penggulingan itu emosi yang berlebih," ucap Dali Tahir.
Dali Tahir mengajak melihat semua persoalan dengan jernih.
Ia juga ingin semua pihak untuk taat aturan.
Baca Juga: Profil Lawan Garuda Nusantara - Timnas U-20 Turki Mantan Jawara Eropa dan Kuat Berkat Sentuhan Talenta Bundesliga Jerman
Sebelumnya sudah ada enam tersangka pasca Tragedi Kanjuruhan.
Salah satu tersangka itu yakni Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru (LIB), Akhmad Hadian Lukita.
"Ada hukum positif. Kejarlah para pembuat masalah."
"Saat ini ada enam tersangka, apakah sudah cukup atau masih akan bertambah? Terus pantau itu," kata Dali Tahir.
Baca Juga: Shin Tae-yong Suka Pakai Formasi 3 Bek di Timnas Indonesia, Justin Hubner Akui Sudah Familiar
Ia menambahkan, ada hukum sepak bola yakni statuta FIFA dan PSSI.
Menurutnya, di sana diatur cara bagaimana mekanisme KLB.
"Taati itu dengan baik dan simpan emosi serta kemarahan di dalam saku."
"Ratusan korban Kanjuruhan itu harus dihormati, bukan dijadikan yang berbeda."
Baca Juga: Pelatih Calon Lawan Timnas Indonesia Akan Rindukan Park Hang-seo
"Karena, jangankan 134 jiwa, satu jiwa melayang tak akan sebanding ditukar dengan jabatan Ketum PSSI, jabatan Exco."
"Satu jiwa terlalu besar untuk ditukar dengan apa pun," tegasnya.
Dalam hal ini, ia ingin mengajak semua pihak menghargai dan menghormati para korban dengan melangkah di jalur yang benar.
Dikatakan olehnya, jika melangkah dengan penuh emosi dan kemarahan, belum tentu juga dapat menghasilkan sesuatu yang terbaik.
Baca Juga: Pesan untuk Cristiano Ronaldo: Jangan Banyak Ngomong, Hormati Pelatih
Meski begitu, ia tetap berdoa untuk para korban yang wafat dan yang saat ini masih di rumah sakit.
"FIFA itu punya prinsip, apa saja boleh terjadi, tapi sepakbola tidak boleh mati."
"Jika ada yang marah dan ada yang berkomentar seperti mengusir FIFA, saya bertanya, apakah sepak bola hidup tanpa FIFA."
"Harus diingat bahwa pemilik sepak bola itu FIFA, hak patennya ada pada FIFA."
Baca Juga: Bagnaia pun Kesulitan Jelaskan Kerasnya Rivalitas dengan Bastianini pada MotoGP 2022
"Jika FIFA tidak menggap para pengurus PSSI itu untuk mundur, ya begitu fakta yang ada."
"Sekali lagi, bukan berarti kita ingin melupakan korban dan penelusuran kasusnya."
"Semua harus tetap berada dalam koridor hukum sepakbola," tegasnya.
Editor | : | Mochamad Hary Prasetya |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar