BOLASPORT.COM - Siapa sangka Ducati pernah mengalami masa sulit bahkan ketika mereka memiliki pembalap hebat seperti Valentino Rossi.
Ducati telah menuai hasil kerja keras mereka untuk merajai kelas utama lagi sejak terakhir kali pada musim 2007 bersama Casey Stoner.
Tim pabrikan asal Italia tersebut mengakhiri puasa gelar 15 tahun dengan mengantarkan Francesco Bagnaia menjadi juara dunia MotoGP 2022.
Prestasi ini didapatkan Ducati dengan jalan berliku, mereka sempat menyentuh titik nadir pada musim 2011-2012.
Kondisi tersebut di luar perkiraan mengingat Ducati kala itu diperkuat oleh pembalap hebat yakni Valentino Rossi.
Kiprah Valentino Rossi pada ajang MotoGP sendiri tak perlu diragukan lagi, dia berhasil meraih sembilan gelar juara dunia.
Digadang-gadang akan menjadi duet yang moncer, Ducati-Valentino Rossi justru meraih hasil yang tidak diharapkan.
Dalam dua musim tersebut, The Doctor hanya mampu mengemas total tiga podium tanpa sekalipun meraih kemenangan.
Baca Juga: Akhiri Musim dengan Hebat, Bos Ducati: 'Layak untuk Dikenang'
Memori buruk tersebut tentu tidak bisa dilupakan oleh Paolo Ciabatti yang menjabat sebagai sporting director Ducati Corse.
Berbicara untuk Autosport, Paolo Ciabatti merasa kedatangan Valentino Rossi membuat Ducati berada di bawah tekanan yang tidak wajar.
Pria asal Italia bahkan sempat ingin keluar setelah dia kembali ditarik Ducati pada pertengahan 2013 usai The Doctor balik ke Yamaha.
Valentino Rossi hanya meninggalkan luka bagi Ducati di berbagai sisi dan tubuh tim karena hasil yang di luar ekspektasi.
Kondisi tim kian parah setelah ditinggal Filippo Presziosi yang sudah malang melintang di proyek Ducati MotoGP sejak tahun 2003.
"Perubahan utama adalah Filippo Presziosi memutuskan hengkang," ucap Paolo Ciabatti, dilansir dari laman Motosan.
"Dia pergi usai menjalani dua tahun yang berat dengan ekspektasi besar terhadap kemitraan Valentino-Ducati yang tidak membawa hasil sesuai ekspektasi."
"Kemitraan ini meninggalkan banyak luka di berbagai level di tim ini," tuturnya menambahkan.
Tekanan mengerikan juga didapat Ducati dari media mengingat Valentino Rossi memiliki nama besar dan nilai eksposure yang tinggi.
"Ketika Anda memiliki pembalap paling terkenal di seluruh Italia dengan sembilan gelar dunia di belakangnya dan Anda gagal menang," ucap Ciabatti.
"Hasil tersebut tentu juga bisa merusak citra Anda," tuturnya menambahkan.
Tak ayal, dari kondisi itu membuat kekompakan tim Ducati sempat retak sebelum akhirnya bisa diperbaiki secara perlahan.
"Biasanya, ketika sesuatu berjalan dengan baik, bahkan problem personal antara orang-orang dapat diatasi," kata Paolo Ciabatti.
"Tapi, saat mereka sangat salah dan di bawah tekanan luar biasa dari media, mitra, dan sponsor dan Anda tak mencetak hasil, maka beberapa orang mudah menyalahkan orang lain, ini merusak tim.
Baca Juga: Pembalap Jadi Korban, Pengamat MotoGP Ungkap Borok Honda
Editor | : | Agung Kurniawan |
Sumber | : | Motosan.es |
Komentar