Soal gaya balap, Iannone dan Marquez sebenarnya hampir mirip karena sama-sama agresif.
Bedanya adalah Iannone membawa tingkah "gilanya" ini ke luar lintasan. Salah satu kegilaan The Crazy Joe menghalanginya untuk menikmati kesuksesan bersama Ducati.
Enam tahun sebelum Ducati memutus paceklik gelar baru-baru ini, tepatnya pada 2016, Iannone pergi karena tidak puas dengan tawaran untuk memperpanjang kontrak.
Padahal Ducati masih berbaik hati memilih Iannone setelah kecelakaan yang disebabkannya pada GP Argentina.
Saat itu upaya Iannone menyalip rekan setim, Andrea Dovizioso, untuk posisi kedua di tikungan terakhir menggagalkan rencana pesta podium ganda Ducati.
Manajer Iannone, Carlo Pernat, membeberkan lima menit sebelum Dovizioso menyepakati tawaran Ducati pada Senin pagi setelah insiden, Iannone dihubungi lebih dahulu.
Apa yang terjadi berikutnya menjadi sejarah, Dovizioso mencetak keberhasilan di Ducati hingga tiga kali menjadi rival terbesar Marquez dalam perburuan gelar juara.
Iannone? Terbuang dari Suzuki karena blunder dalam pengembangan kemudian gagal menikmati kebangkitan Aprilia karena terlanjur terjegal kasus doping.
"Mungkin dia juga akan mengubah sejarah Ducati," kata Pernat mengenang kembali, seperti dikutip BolaSport.com dari GPOne.
Baca Juga: Saat Memori Seandal Kecepatan, Marc Marquez Tebak Sirkuit Hanya Modal Rekaman Suara Mesin
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | GPOne.com, Mowmag.com |
Komentar