BOLASPORT.COM - Graham Potter mengatakan kedatangan pemain yang terlalu banyak menjadi salah satu penyebab hancurnya penampilan Chelsea pada musim 2022-2023.
Chelsea sedang berada pada titik terendah mereka pada musim 2022-2023.
Kekalahan 0-2 dari Tottenham Hotspur pada pekan ke-25 Liga Inggris di Tottenham Hotspur Stadium, London, Minggu (26/2/2023), adalah puncak kehancuran Chelsea.
Total, Chelsea sudah kalah tiga kali beruntun di semua ajang.
Sebelumnya, mereka kalah dari Borussia Dortmund di Liga Champions dan Southampton di Premier League dengan skor identik 0-1.
The Blues pun hanya satu kali mengecap kemenangan sejak pergantian tahun ke 2023.
Tim yang sudah meraih lima titel Liga Inggris itu empat kali meraih hasil imbang, satu kali menang, dan enam kali mengakhiri pertandingan dengan kekalahan pada tahun ini.
Baca Juga: Kabar Palsu soal Mo Salah Cabut dari Liverpool Jika Gagal Mentas di Liga Champions Musim Depan
Hasil tersebut berdampak ke posisi Chelsea di klasemen Premier League.
Skuad asuhan Graham Potter tercecer di urutan ke-10 pada klasemen Liga Inggris musim ini dengan 31 poin.
Potter juga mendapat efek negatif.
Pelatih berusia 47 tahun itu menjadi juru taktik Chelsea dengan rasio kemenangan terburuk sejak era Premier League.
Terpuruknya tim asal London Barat ini jadi semakin ironis kalau melihat pengeluaran mereka pada bursa transfer.
Tim milik Todd Boehly itu mendatangkan delapan pemain pada bursa transfer musim dingin 2023 dan menghabiskan biaya hingga 329,5 juta euro (sekitar Rp5,33 triliun).
Jika digabungkan dengan biaya transfer pada musim panas 2022, maka angka belanja Chelsea lebih bombastis lagi.
Baca Juga: Wout Weghorst Sukses Buang Sial Setelah 44 Hari bersama Man United
Mereka menghamburkan hingga 600 juta poundsterling atau sekitar Rp10,9 triliun.
Graham Potter justru punya opini berbeda.
Dia menilai besarnya skuad Chelsea saat ini menyulitkan dia melatih.
Total, mantan pelatih Brighton & Hove Albion ini harus mengatur 31 pemain.
Jumlah ini terlalu banyak dan tidak cocok dengan metode kepelatihan Potter.
Dikutip BolaSport.com dari The Daily Mail, Potter terbiasa turun langsung dalam sesi latihan dan bekerja membentuk pola permainan.
Potter biasa menggunakan metode 11 lawan 11 untuk latihan, tetapi sekarang harus mengubah metode agar semua pemain bisa terlibat.
Time to stick together. Thank you for your support today. pic.twitter.com/ledWc75Ta5
— Chelsea FC (@ChelseaFC) February 26, 2023
Alternatif lain, dia harus memastikan beberapa pemain bekerja dalam grup-grup kecil sampai kehadiran mereka dibutuhkan.
Perubahan metode ini yang membuat Chelsea tidak punya kesinambungan antara satu sesi dan sesi berikutnya, yang berdampak ke permainan di lapangan.
Graham Potter pun pernah angkat bicara soal ini, tepatnya ketika ia harus mengeliminasi sejumlah pemain dari skuad di Liga Champions.
“Punya sangat banyak pemain memiliki tantangan tersendiri, termasuk dari soal peran para pemain di tim karena mereka semua ingin berpartisipasi,” kata Potter.
“Mereka semua ingin bermain, berada di lapangan, dan membantu tim. Ketika tidak bermain, hal itu jadi tantangan, termasuk di klub ini.”
“Ketika sebuah klub melewati periode transisi dan menjalani semua yang dilewati Chelsea, akan ada periode ketika segalanya menjadi lebih berat.”
“Pekerjaan tim jadi tidak optimal. Akan tetapi, saya tidak mau protes, karena saya harus melakukan yang terbaik untuk mendukung dan menangani klub.”
Baca Juga: Yakin Dapat Trofi Kedua, Ten Hag Hampir Telantarkan Piala Liga Inggris
“Selangkah demi selangkah saya ingin membuat Chelsea lebih bagus dibandingkan ketika saya pertama kali datang,” tutur Potter lagi.
Editor | : | Septian Tambunan |
Sumber | : | Goal.com/en |
Komentar