BOLASPORT.COM - Pembalap Ducati Lenovo, Francesco Bagnaia, bak kembali menghadapi musuh lamanya saat kecepatan tingginya tak mampu dikonversi ke hasil nyata.
Bagnaia tadinya terlihat akan mempertahankan gelarnya pada MotoGP musim 2023 dengan mudah.
Performa di atas rata-rata saat tes pramusim mampu dilanjutkannya dengan sapu bersih lomba sprint dan grand prix pada seri pembuka di Portugal.
Akan tetapi, petaka mulai dialami pembalap yang akrab disapa Pecco itu ketika beberapa kali dia jatuh saat berada di posisi yang baik.
Total 45 poin hilang dari tangan Bagnaia yang saat ini tertahan di peringkat dua klasemen sementara.
Dua puluh poin hilang karena Bagnaia terjatuh di posisi kedua pada GP Argentina sedangkan 25 poin lain terlepas karena alasan serupa saat memimpin GP Americas.
Pengamat MotoGP, Carlo Pernat, pun heran dengan pencapaian Bagnaia yang begitu kontras.
"Kecelakaan Bagnaia adalah kesalahan yang buruk," kata Carlo Pernat, dilansir BolaSport.com dari GPOne.com.
"Saya harap dia tidak kembali ke situasi yang pernah kita lihat pada 2022."
"Saya tidak mengerti bagaimana bisa-bisanya dia mendapatkan nol poin walau menjadi pembalap tercepat," sambung figur veteran di paddock MotoGP tersebut.
Baca Juga: Karier Marini Tak Secemerlang Rossi, Ibu Ungkap 1 Penyesalan di Masa Lalu
Bagnaia kini sudah dua kali gagal finis dalam enam balapan yang sudah berlangsung musim ini.
Tiga kemenangan sudah diraih Bagnaia. Sayangya 2 kemenangan di antaranya terjadi saat lomba sprint yang poinnya setengah.
Episode ini bak ulangan titik terendah Bagnaia pada musim lalu ketika dia kehilangan banyak poin karena jatuh sendiri.
Dalam lima balapan dari GP Spanyol hingga GP Jerman, catatan Bagnaia adalah 2 kemenangan dan 3 gagal finis.
Semua raihan nol angka te di mana saat murid Valentino Rossi tersebut sedang mengejar posisi pertama.
Rentetan hasil negatif ini membuat Bagnaia sempat tertinggal 91 poin dari puncak klasemen.
Menariknya, hampir semua insiden yang dialami Bagnaia adalah low side crash yang disebabkan oleh masalah ban depan yang selip.
Bagnaia sendiri tipe pembalap yang lebih mengandalkan ban depan untuk membantunya dalam melibas tikungan.
Akan tetapi, gaya berkendaranya memiliki risiko lebih besar karena untuk mengatasi selipnya ban depan tak semudah ban belakang.
Baca Juga: Alberto Puig Akui Kemenangan Alex Rins adalah Hadiah bagi Honda
Masalah ini kian besar saat si pembalap tidak mengerti penyebab kecelakaannya sendiri. Inilah yang beberapa kali dihadapi Bagnaia.
Musim lalu, Bagnaia dan Ducati baru menemukan solusinya setelah paruh musim.
Begitu ketemu solusinya, pembalap asal Chivasso, Italia, itu sulit untuk dihentikan.
Di sisa sembilan lomba, Bagnaia jauh lebih konsisten hingga hanya gagal finis 1 kali, podium 7 kali dengan 4 di antaranya adalah kemenangan.
Dalam satu-satunya kegagalan untuk menyelesaikan lomba pun Bagnaia menyadari kesalahannya dengan gesture tepuk tangan.
Adapun dengan masalah yang dihadapinya sekarang, Bagnaia merasa bahwa terlalu stabilnya Ducati Desmosedici GP menjadi biang keroknya.
"Kami punya motor terbaik tetapi jika kita terjatuh dan tidak tahu alasannya, itu tidak ada gunanya," erang Bagnaia, dilansir dari Crash.net.
"Saya merasa tak terkalahkan. Saya bisa tampil cepat tanpa mengambil risiko, tanpa melakukan manuver yang gila."
"Saya melewati Tikungan 2 dengan tenang karena saya tahu di sana lebih licin tetapi saya masih terjatuh," tambahnya.
Baca Juga: Sekadar Finis pun Sulit, Joan Mir Masih Dibela Bos Repsol Honda
Sementara itu, data telemetri dan kamera helikopter menunjukkan bahwa Bagnaia melebar 30cm dari jalur lomba.
Kurangnya grip karena minimnya jejak karet ban serta angin di tikungan kanan itu disinyalir menyebabkan ban depan Bagnaia menjadi selip.
Namun, Bagnaia lebih menyoroti intervensi peranti elektronik yang di satu sisi mengurangi sensitivitas pembalap akan kontak antara ban dan aspal.
"Mungkin kami harus sedikit menghilangkan stabilitas ini, mengurangi filter-nya, hanya agar mendapat feeling lebih kuat dengan bannya," paparnya.
"Karena kenyataannya seperti ini, motornya sempurna, tetapi jika kita terjatuh dan kehilangan 45 poin dalam dua akhir pekan, sesuatu tidak berjalan dengan semestinya."
Baca Juga: Falsafah Hidup Rossi Jadi Napas, Tim VR46 Tumbuh Bersama hingga Wujudkan Mimpi di Kelas Para Raja
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | GPOne.com |
Komentar