BOLASPORT.COM - Kekalahan tim bulu tangkis Indonesia pada perempat final Sudirman Cup 2023 masih menyisakan luka mendalam.
Bukan sekadar perihal karena itu adalah kekalahan di fase delapan besar dalam dua edisi beruntun yang harus diterima skuad Merah Putih.
Melainkan karena proses kekalahan itu terjadi.
Indonesia sebelumnya tidak disangka harus puas jadi runner-up grup B akibat kalah 2-3 dari Thailand pada laga penyisihan grup.
Pada babak perempat final, hasil undian pun mengantarkan Fajar Alfian dkk menghadapi wakil tuan rumah, China yang notabene merupakan juara grup A.
Kekalahan melawan Thailand dan China sama-sama diwarnai proses tikungan tajam yang dialami sejumlah wakil Indonesia.
Rata-rata trennya hampir sama.
Ketika wakil Indonesia unggul, bahkan unggul jauh, mereka tidak bisa tampil konsisten dan tenang saat memasuki poin kritis.
Sebagaimana yang dialami Dejan Ferdinansyah/Gloria Emanuelle Widjaja saat berhadapan dengan Dehcapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai.
Lalu Jonatan Christie dengan Kunlavut Vitidsarn.
Kemudian Rinov Rivaldy/Gloria saat nyaris menaklukkan ganda campuran nomor satu dunia, Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong sampai Anthony Sinisuka Ginting yang juga sempat unggul telak lawan Shi Yu Qi.
Semuanya nyaris memegang kemenangan.
Tetapi keunggulan besar itu juga sirna setelah banyak melakukan kesalahan sendiri di poin genting, rata-rata akibat terlalu bernafsu ingin menuntaskan gim atau menjadi panik saat lawan mengejar.
Diakui manajer tim Indonesia, Armand Darmadji mengakui bahwa para pemain Indonesia butuh perbaikan dari aspek mental.
Apalagi ketika melawan wakil tuan rumah, yang didukung penuh seisi penjuru Suzhou Olympic Sports Center di China.
Sebab secara skill dan teknik, pebulu tangkis Indonesia pun sudah banyak yang menembus level dunia.
"Secara mentalitas harus kita pompa lagi," akui Armand dikutip BolaSport.com dari Kompas.com.
"Faktor pendukung tuan rumah juga sangat besar terhadap permainan lawan yang kita hadapi kemarin," lanjutnya.
Sejatinya, kejutan menerjunkan pasangan rombakan alias scratch pair seperti Rinov/Gloria nyaris saja berhasil menggocek pertahanan Zheng/Huang.
Rinov/Gloria bahkan sempat unggul 18-14 di gim kedua, di mana pada gim pertama sebelumnya mereka menang. Kurang tiga poin lagi mereka bisa mengunci kemenangan partai pertama untuk Indonesia.
Sayangnya, finishing yang terkait aspek mental itulah yang jadi pengganjal.
"Kami berpikir pada saat penentuan pemain, sepakat untuk mencoba pasangan kombinasi, di mana pasangan tersebut baru pertama kali dipasangkan di ajang internasional," jelas Armand, merujuk pada rekor head-to-head semua wakil ganda campuran Indonesia kalah unggul dari Zheng/Huang.
"Kami melihat mereka (China) ini kan selalu mempelajari semua track record pertandingan, dengan kombinasi baru ini mereka diharapkan sama sekali tidak bisa membaca kita," tambahnya seraya menyayangkan hasil akhir yang belum sesuai harapan.
Dengan kekalahan di perempat final, maka Indonesia dipastikan pulang duluan.
Sebab tak masuk semifinal artinya tak akan mendapat medali dan tidak akan naik podium.
Sekaligus masih harus menahan puasa gelar Piala Sudirman yang terakhir kali dan satu-satunya dijuarai pada edisi pertama, tahun 1989 silam.
Editor | : | Agung Kurniawan |
Sumber | : | KOMPAS.com |
Komentar