BOLASPORT.COM - Pelatih timnas U-16 Indonesia, Bima Sakti mengaku belajar banyak terkait strategi dari para legenda sepak bola dunia.
Seperti diketahui, terdapat lima legenda sepak bola dunia yang memberikan coaching clinic di Indonesia.
Legenda tersebut yakni Juan Sebastian Veron, Roberto Carlos, Giorgos Karagounis, Eric Abidal, dan Marco Materazzi.
Namun, pada agenda final yakni pertandingan untuk pesepak bola muda U-16 Indonesia ini Marco Materazzi tak hadir dalam laga ini.
Tetapi, ada empat legenda yang memberikan arahan kepada para pemain dalam pertandingan di Stadion Madya, Kawasan Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, Kamis (1/6/2023).
Empat legenda yakni Roberto Carlos, Juan Sebastian Veron, dan Erick Abidal memberikan arahan di pinggir lapangan kepada para pemain dan didampingi beberapa pelatih lokal.
Termasuk Bima Sakti yang juga ikut mendampingi Robert Carlos.
Juru taktik timnas U-16 Indonesia itu mengatakan coaching clinic yang diberikan legenda sepak bola dunia ini sudah dari beberapa kemarin Rabu (31/5/2023).
Bima mengaku ia mendapat banyak pelajaran, bahkan terkait strategi permainan saat harus bermain bertahan maupun saat menyerang.
“Kemaren sore mereka mengadakan coaching clinic,” ujar Bima Sakti kepada awak media termasuk BolaSport.com, di Stadion Madya, Jakarta, Kamis (1/6/2023).
“Tujuannya memberikan ilmu sepak bola, pengalaman mereka juga, seperti Materazzi coaching bagaimana dua defender melawan tiga striker,” lanjutnya.
“Kemudian Roberto Carlos kemarin memberikan materi shooting. Kapan harus shooting kapan harus dribbling kapan harus passing.”
Baca Juga: BRImo Future Garuda Hadirkan 5 Legenda Sepak Bola dalam Meet and Greet
Kemudian Juan Sebastian Veron hingga Abidal juga memberi penjelasan bagaimana pemain-pemain gelandang harus bergerak saat pertandingan.
“Kemudian Veron bagaimana pergerakan gelandang di nomor 6, 8, maupun 10. Karagounis juga sama,” ucap Bima.
“Abidal, bagaimana posisi gelandang saat defend. Saat menyerang,” tambahnya.
Lebih lanjut, legenda timnas Indonesia itu juga mengungkapkan bahwa memang ada beberapa kekurangan juga yang harus diperbaiki dari pemain-pemain muda ini.
Apalagi turnamen mini ini digelar dengan diikuti 50 talenta muda pilihan.
Sehingga diharapkan pemain-pemain ini bisa menerima banyak pelajaran dari selama coaching clinic ini.
Bima mengungkapkan bahwa Rberto Carlos menilai pemain muda Indonesia banyak yang kurang sabar.
Oleh karena itu, terkait ini harus segera diperbaiki ke depannya agar para pemain semakin bagus nantinya.
Baca Juga: Pesan Eric Abidal, Juan Veron, dan Giorgos Karagounis Kepada Timnas U-16 Indonesia
Apalagi pemain-pemain muda ini diharapkan ke depannya bakal menjadi tumpuan timnas Indonesia di masa depan.
“Kekurangannya, kayak Carlos bilang mereka harus sabar, kapan harus pressing kapan harus defend,” kata Bima.
Selain itu, Bima pun mengaku bahwa kedatangan para legenda sepak bola dunia ini ada keuntungannya.
Tak hanya soal keuntungan teknis dan belajar strategi saja.
Namun, Bima mengaku para pemain pun bisa belajar dari cerita dan pengalaman yang telah dijalani lima pemain bintang ini.
Menurutnya para pemain muda harus bisa belajar banyak dari pemain legenda yang memang sudah menempuh banyak perjalanan dan cerita.
Ditambah lagi memang beberapa legenda memulai menjadi pesepakbola dari tidak punya apapun hingga berhasil menjadi yang terbaik.
Untuk itu, Bima mengungkapkan bahwa sang legenda seperti Marco Materazzi juga berharap agar para pemain tidak putus asa dan mengejar mimpi mereka selalu.
“Selain teknis di lapangan, banyak pengalaman hidup mereka. Kayak Materazzi langsung ngomong ke pemain kalian tidak boleh putus asa,” tutur Bima.
“Dia bermain di level tertinggi di klub di umur 23-24. Dia kerja keras. Umur 34 baru juara dunia bersama Italia,” ucapnya.
Begitu juga dengan beberapa legenda lainnya yang berbagi bagaimana perjuangan mereka hingga bisa menjadi pemain profesional.
Baca Juga: Pengalaman Berharga Pemain Timnas U-16 Indonesia Dapat Ilmu dari 4 Legenda Sepak Bola Dunia
“Kemudian, Roberto Carlos dan Veron bilang mereka hidup dari keluarga miskin. Tinggal di daerah perkampungan kumuh miskin di Brasil dan Argentina,” pungkas Bima.
“Mereka tidak punya apa-apa, tetapi mereka punya mimpi menjadi pemain profesional menjadi pemain tim nasional.”
“Ternyata bisa asal merka kerja keras. Kemudian Abidal divonis cancer oleh dokter tidak bisa main bola lagi. Ternyata bisa main bola profesional. Bahkan masih hidup dan bisa ke Indonesia.”
Editor | : | Mochamad Hary Prasetya |
Komentar