Seusai laga, Apriyani/Fadia pun mengungkap hal yang membuat mereka nyaris kecolongan.
Rupanya, dalam kedudukan unggul itu, mereka tanpa sadar menurunkan hawa pertandingan dengan mengendurkan serangan.
Jarak poin yang unggul jauh ternyata justru melengahkan mereka. Ketika lawan mendapat momentum, Apriyani/Fadia pun sempat kesulitan bangkit.
"Tadi di gim pertama, di akhir poin itu, kami menurunkan hawa (pertandingan) secara tidak sadar," aku Apriyani kepada BolaSport.com.
"Tadi saat kami ingin sedikit mengendurkan (serangan) dan saat kami mau main menyerang lagi, jadi susah. Itu yang harus kami perbaiki hari ini," katanya lagi.
Beruntung dalam kedudukan genting itu, Apriyani/Fadia terus menjaga komunikasi.
Baik dengan partner maupun pelatih yang sesekali meneriakkan instruksi dari kursi pelatih di sudut luar lapangan.
" Lalu di lapangan itu kami terus berkomunikasi dengan pelatih. Saya dan Fadia juga. Sehingga akhirnya kami bisa memenangi pertandingan ini," lanjut Apriyani.
Apriyani menuturkan bahwa mengendurkan serangan bukan bagian dari taktik. Kesalahan di poin kritis pun bukan karena mereka gugup karena hampir terkejar.
"Kalau nervous tidak. Mungkin di awal gim pertama agak nervous, tapi ya itu tadi karena kami (tanpa sadar) menurunkan hawa permainan. Jadi saat kami ingin bangkit, jadi susah," ujar pemain kelahiran Konawe, Sulawesi Tenggara itu.
Editor | : | Agung Kurniawan |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar