BOLASPORT.COM - Mantan pebulu tangkis ganda putri Indonesia, Greysia Polii, mengenang momen dua tahun meraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020 pada 2 Agustus kemarin bersama Apriyani Rahayu.
Tak hanya itu, dia juga membagikan informasi kesibukannya saat ini setelah resmi gantung raket pada Juni 2022.
Selain baru menjadi ibu dari satu putri, menjalankan bisnis, dan motivator di PBSI dan klubnya (Jaya Raya), dia juga menjadi Ketua Komisi Atlet BWF.
Dia juga diundang oleh International Olympic Committee (IOC) ke Lausanne, Swiss.
Disana dia menghadiri forum internasional yang akan membahas perkembangan persiapan Olimpiade Paris 2024 serta penyelenggaraan Olimpiade di masa yang akan datang.
Namun, setelah Greysia/Apriyani prestasi ganda putri Indonesia tengah mengalami pasang surut.
Setelah meraih hasil cukup baik pada 2022, Apriyani yang kini bertandem dengan Siti Fadia Silva Ramadhanti belum meraih prestasi lagi pada 2023.
"Ketika saya mau pensiun, saya selalu mau ada regenerasi. Bicara ganda putri itu bukan saya saja etika saya mau pensiun, Koh Didi (Eng Hian, pelatih ganda putri) mengingatkan untuk membantu adik-adik," kata Greysia kepada media, termasuk BolaSport.com di Jakarta.
"Saya jadi lemah hati. Dan saya iyakan. Jangan sampai hilang, jangan apa yang telah dibangun dengan susah payah ini lepas begitu saja," aku perempuan 35 tahun itu.
"Sekarang prestasinya sedang tidak baik-baik saja, saya tidak bisa men-judge mereka karena saya tahu mereka curhat. Mereka cerita semuanya ke saya."
Apriyani bahkan belum lama ini dihubungi oleh Apriyani dan Fadia.
"Jadi, mereka ini sedang dalam proses dimana mereka ingin jadi dewasa. Jadi, saya tidak bisa bilang prestasinya tidak bagus. Mereka dalam proses mau menjadi dewasa," tutur Greysia.
"Fadia kalau kita lihat, dia baru dipasangkan dengan Apriyani dan hebatnya adalah mereka langsung bisa jadi juara, langsung bisa berprestasi."
Baca Juga: Australian Open 2023 - Fajar/Rian Nikmati Pertandingan Jelang Jumpa Wakil Korea Selatan
"Berarti, saya sudah senang di situ, karena membuktikan bahwa Fadia tidak kalah. Tidak ada kalah power, fisik dengan negara lain," ucap istri Felix Djimin ini.
Greysia lalu menyoroti apa yang masih menjadi kekurangan sektor ganda putri Indonesia.
"Terkadang ganda putri Indonesia ini ketika melihat China atau lawan yang lebih kuat seperti Jepang, Korea masih kayak haduuh gue bisa nggak ya? Kayak gitu loh, yang kadang-kadang saya juga gemas. Sampai saya kemarin nge-tweet juga."
"Mereka mempunyai bakat yang baik, tidak kalah baik dengan negara lain. Jadi, otomatis harus dari diri mereka sendiri. Pelatih saja tidak bisa. Mereka yang harus berjuang," tutur Greysia.
Greysia berharap Indonesia memiliki banyak pasangan ganda putri seperti Korea, China dan Jepang yang bisa mencetak ganda putri andal lebih dari satu pasang.
Tiga negara ini bergantian memiliki pasangan yang meraih gelar dalam turnamen BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia).
"Misalnya pada Japan Open, Kim So-yeong/Kong Hee-yong juara. Do Indonesia Open sebelumnya Lee So-hee/Baek Ha-na yang juara."
"Kami berharap bisa seperti ganda putra yang memiliki enam pasang. Itu regenerasinya luar biasa. Tetapi memang teknik ganda putra dan putri itu berbeda," aku Greysia.
"Saat ini sementara Race to Olympics Apriyani/Fadia dan Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi yang paling berpeluang. Mau tidak mau kita harus menerima bahwa memang Indonesia belum ada peluru yang lain."
"Dari sini kita harus menerima dan sebagai suporternya mereka. Dan juga mungkin pelatihnya harus mengejar mereka supaya mereka bisa masuk ke dalam delapan besar."
Suatu negara pada sektor ganda baru bisa meloloskan dua pasang jika wakil di negara tesebut masuk di jajaran 8 besar dunua.
"Dari situ masalah teknik, masalah fisik, dan lainnya itu sudah tidak bisa berubah banyak. Yang sekarang harus diselesaikan adalah masalah mental. Bagaimana kita mau menuju masuk dulu di dalam delapan besarnya ini," ucap Greysia.
"Jadi, jika mereka bertanya kepada saya salahnya di mana, tekniknya kurang apa, dan sebagainya, itu saya tidak akan jawab lagi. Saya cuma bisa bilang bahwa kalian pemain benar-benar harus tahan dengan stres yang ada."
Menurut Greysia, dalam Race to Olympic, pemain harus fokus. Jika kalah, tidak boleh terlalu lama memikirkan harus cepat bangkit.
"Karena tidak ada lagi waktunya dan pertandingan lain sudah menunggu. Nah, itu yang saya coba utarakan ke mereka langsung dan bisa berjuang," ujar Greysia.
Dalam persaingan ganda putri dunia, China, Korea Selatan, dan Jepang paling menonjol saar ini.
"Mereka tidak berjuang melawan negara lain, tetapi berjuang dengan negara mereka sendiri. Mereka setiap individu ingin sekali masuk ke Olimpiade. Jadi, itu yang membuat mereka jadi selalu baik (performanya)."
"Kompetisi dalam negeri sudah sangat kompetitif. Jadi, tidak heran kalau misalnya dulu waktu 2020 Jepang ada empat pasang, China ada tiga pasang, Korea ada dua atau tiga pasang," kata Greysia.
"Indonesia Bulgaria, Denmark, Thailand, Malaysia ada satu, ha-ha-ha. Itulah yang saya berharap nantinya bisa ada banyak pasangan ganda putri," ucap Greysia.
Baca Juga: Greysia Polii Ungkap Fakta Kasus Match Fixing Olimpiade 2012 yang Buat Dia Tidak Ajukan Banding
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar